MAKALAH
HIPOTIROID
OLEH : KELOMPOK 2
KELAS : 2B
1. Ayu Tri Widiyanti (201401062)
2. Irnandita Citra P (201401049)
3. Pungki Dwi Ambarwati (201401071)
4. Rizqiana Eka Cahyani (201401046)
5. Iid dahlia (201401054)
PROGRAM
STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2016
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Endokrinologi
merupakan ilmu mengenai hormon endokrin dan organ – organ yang terlibat dalam
pelepasan hormon endokrin. Sistem endokrin dalam kaitannya dengan sistem saraf,
mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja
untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Terdapat dua tipe kelenjar yaitu
eksokrin dan endokrin. Kelenjar eksokrin melepas sekresinya ke dalam duktus
pada permukaan tubuh seperti kulit, atau organ internal lapisan traktus
intestinal. Seangkan kelenjar endokrin seperti hepar, pankreas, kelenjar
adrenal, hipofise, tiroid, paratiroid serta timus.
Kelenjar
tiroid terdiri atas dua lobus yaitu lobus kiri dan kanan yang dipisahkan oleh
isthmus. Lobus kanan kelenjar tiroid mendapatkan suplai darah yang lebih besar
dibandingkan dengan lobus kiri.
Kelenjar
tiroid menghasilkan tiga jenis hormon yaitu tri-iodotironin (T3), tiroksin
(T4), dan sedikit tirokalsitonin. Hormon T3 dan T4 dihasilkan oleh folikel
sedangkan tirokalsitonin dihasilkan oleh parafolikuler. Bahan dasar
pembentukanhormon-hormon ini adalah yodium yang diperoleh dari makanan dan
minuman. Baik T3 dan T4 kedua-duanya meningkatkan metabolisme karena
meningkatkan konsumsi oksigen dan produksi panas.kedua hormon ini tidak berbeda
dalam fungsi namun berbeda dalam intensitas dan cepatnya reaksi. T3 lebih cepat
dan lebih kuat reaksinya tetapi waktunya lebih singkat dibandingkan dengan T4.
T3 lebih sedikit jumlahnya dalam darah. T4 dapat diubah menjadi T3 setelah
dilepaskan oleh folikel kelenjar.
Hipotiroid adalah suatu kondisi
yang dikarakteristikan oleh produksi hormon tiroid yang rendah. Ada banyak
kekacauan-kekacauan yang berakibat pada hipotiroid. Kekacauan-kekacauan ini
mungkin langsung atau tidak langsung melibatkan kelenjar tiroid. Karena hormon
tiroid mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan banyak proses-proses sel,
hormon tiroid yang tidak memadai mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang meluas
untuk tubuh.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah
ini, yaitu:
1.
Apakah
yang dimaksud dengan Hipotiroid?
2.
Bagaimana etiologi dari Hipotiroid?
3.
Bagaimana
manifestasi klinis dari Hipotiroid?
4.
Bagaimanapatofisiologis terjadinya Hipotiroid?
5.
Bagaimanatanda
dan gejala Hipotiroid?
6.
Apakah
ada komplikasi pada Hipotiroid?
7.
Bagaimana
dengan asuhan keperawatan pada Hipotiroid?
1.3 Tujuan
Adapun
tujuan adanya makalah Hipotiroid
ini, yaitu :
1.
Sebagai bahan
pengetahuan tentang pengertian Hipotiroid.
2.
Untuk memgetahui
etiologi dariHipotiroid.
3.
Untuk mengetahui manifestasi
klinis terjadinyHipotiroid.
4.
Untuk mengetahui
jalannya patologis dari Hipotiroid.
5.
Untuk dapat mengerti
bagaimana penatalaksanaan dari Hipotiroid.
6.
Untuk dapat mengetahui
bentuk komplikasi dari Hipotiroid.
7.
Untuk dapat mengerti
bagaimana bentuk asuhan keperawatan pada Hipotiroid.
BAB 2
ANATOMI FISIOLOGI KELENJAR TYROID
Kelenjar
tiroid terletak di leher, yaitu antara fasia koli media dan fasia
prevertebralis. Di dalam ruang yang sama terdapat trakea, esophagus, pembuluh
darah besar dan saraf. Kelenjar tiroid melekat pada trakea dan fascia
pretrakealis dan melingkari trakea dua pertiga bahkan sampai tiga perempat
lingkaran. Keempat kelenjar paratiroid umumnya terletak pada permukaan belakang
kelenjar tiroid, tetapi letak dan jumlah kelenjar ini dapat bervariasi. Arteri
karotis komunis, vena jugularis interna dan nervus vagus terletak bersama dalam
suatu ruang tertutup di latero dorsal tiroid. Nervus rekurens terlekan di
dorsal tiroid sebelum masuk laring. Nervus frenikus dan trunkus simpatikus
tidak masuk ke dalam ruang antara fasia media dan prevertebralis (De Jong &
Sjamsuhidajat, 2005).
Vaskularisasi kelenjar tiroid berasal dari empat
sumber antara lain arteri karotis superior kanan dan kiri, cabang arteri
karotis eksterna kanan dan kiri dan kedua arteri tiroidea inferior kanan dan
kiri, cabang arteri brakhialis. Kadang kala dijumpai arteri tiroidea ima,
cabang dari trunkus brakiosefalika. Sistem vena terdiri atas vena tiroidea
superior yang berjalan bersama arteri, vena tiroidea media di sebelah lateral
dan vena tiroidea inferior. Terdapat dua macam saraf yang mensarafi laring
dengan pita suara (plica vocalis) yaitu nervus rekurens dan cabang dari nervus
laringeus superior (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005).
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar
yang terletak di leher dan terdiri atas sepasang lobus disisi kiri dan kanan.
Terletak di leher dihubungkan oleh ismus yang menutupi cincin trakea 2 dan3.
Kelenjar ini tersusun dari zat hasil sekresi bernama koloid yang tersimpan
dalam folikel tertutup yang dibatasi oleh sel epitel kuboid. Koloid ini
tersusun atas tiroglobulin yang akan dipecah menjadi hormon tiroid (T3 dan T4)
oleh enzim endopeptidase. Kemudian hormon ini akan disekresikan ke sirkulasi
darah untuk kemudian dapat berefek pada organ target.
Gambar 3.
Mekanisme sintesis hormon tiroid
Sumber :
www.edukasi.net
Kelenjar tiroid
menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4) yang
kemudian berubah menjadi bentuk aktifnya yaitu triyodotironin (T3). Iodium nonorganik yang diserap dari
saluran cerna merupakan bahan baku hormon
tiroid. Zat ini dipekatkan kadarnya menjadi 30-40 kali sehingga mempunyai afinitas yang sangat
tinggi di dalam jaringan tiroid. T3 dan T4 yang
dihasilkan ini kemudian akan disimpan dalam bentuk koloid di dalam tiroid. Sebagian besar T4 kemudian
akan dilepaskan ke sirkulasi sedangkan sisanya
tetap di dalam kelenjar yang kemudian mengalami daur ulang. Di sirkulasi, hormon tiroid akan
terikat oleh protein yaitu globulin pengikat tiroid
Thyroid Binding Globulin (TBG) atau prealbumin pengikat albumin Thyroxine Binding
Prealbumine (TBPA). Hormon stimulator tiroid Thyroid Stimulating
Hormone (TSH) memegang peranan terpenting untuk mengatur sekresi dari kelenjar
tiroid. TSH dihasilkan oleh lobus anterior 13 kelenjar hipofisis. Proses yang
dikenal sebagai umpan balik negatif sangat penting
dalam proses pengeluaran hormon tiroid ke sirkulasi. Pada pemeriksaan akan terlihat adanya
sel parafolikular yang menghasilkan kalsitonin
yang berfungsi untuk mengatur metabolisme kalsium, yaitu menurunkan kadar kalsium serum
terhadap tulang (De Jong & Sjamsuhidajat,
2005). Sekresi hormon
tiroid dikendalikan oleh kadar hormon perangsang tiroid
yaitu Thyroid Stimulating Hormone (TSH) yang dihasilkan oleh lobus anterior hipofisis. Kelenjar
ini secara langsung dipengaruhi dan diatur
aktifitasnya oleh kadar hormon tiroid dalam sirkulasi yang bertindak sebagai umpan balik negatif
terhadap lobus anterior hipofisis dan terhadap sekresi hormon pelepas tirotropin
yaitu Thyrotropin Releasing Hormone (TRH)
dari hipotalamus (Guyton & Hall, 2006).
Sebenarnya hampir semua
sel di tubuh dipengaruhi secara langsung atau
tidak langsung oleh hormon tiroid. Efek T3 dan T4 dapat dikelompokkan menjadi beberapa
kategori yaitu : (Sherwood, 2011)
a.
Efek pada laju metabolism
Hormon
tiroid meningkatkan laju metabolisme basal tubuh secara keseluruhan. Hormon ini
adalah regulator terpenting bagi tingkat konsumsi O2 dan pengeluaran energi
tubuh pada keadaan istirahat.
b.
Efek kalorigenik
Peningkatan
laju metabolisme menyebabkan peningkatan produksi panas.
c.
Efek pada metabolisme perantara
Hormon
tiroid memodulasi kecepatan banyak reaksi spesifik yang terlibat dalam
metabolisme bahan bakar. Efek hormon tiroid pada bahan bakar metabolik bersifat
multifaset, hormon ini tidak saja mempengaruhi
sintesis dan penguraian karbohidrat, lemak dan protein, tetapi banyak
sedikitnya jumlah hormon juga dapat menginduksi efek yang bertentangan.
d.
Efek simpatomimetik
Hormon tiroid
meningkatkan ketanggapan sel sasaran terhadap katekolamin (epinefrin dan
norepinefrin), zat perantara kimiawi yang digunakan oleh sistem saraf simpatis
dan hormon dari medula adrenal.
e.
Efek pada sistem kardiovaskuler
Hormon tiroid
meningkatkan kecepatan denyut dan kekuatan kontraksi jantung sehingga curah
jantung meningkat.
f.
Efek pada pertumbuhan
Hormon tiroid
tidak saja merangsang sekresi hormone pertumbuhan, tetapi juga mendorong efek
hormon pertumbuhan (somatomedin) pada sintesis protein struktural baru dan
pertumbuhan rangka.
g.
Efek pada sistem saraf
Hormon tiroid
berperan penting dalam perkembangan normal sistem saraf terutama Sistem Saraf
Pusat (SSP). Hormon tiroid juga sangat penting untuk aktivitas normal SSP pada
orang dewasa.
Mekanisme sekresi hormon tiroid
sendiri diatur oleh suatu axis hipothalamus-hipofisis-tiroid. Hipothalamus akan
mensekresikan Thyroid Relaxing Hormon
(TRH) yang akan merangsang hipofisis untuk memproduksi hormon tiroid terutama
dalam bentuk T3 dan T4. Biosintesis hormon tiroid terbagi dalam berbagai tahap:
a.
Tahap trapping
b.
Tahap oksidasi
c.
Tahap coupling
d.
Tahap penimbun atau storange
e.
Tahap deyodinasi
f.
Tahap proteolisis
g.
Tahap sekresi
2.2 Defisiensi
Defisiensi
ataupun resitensi perifer pada hormon tiroid menimbulkan keadaan hipometabolik
terhadap hipotiroidisme. Apabila kekurangan hormon timbul pada anak-anak dapat
menimbulkan kreitinisme. Pada anak
yang sudah agak besar atau pada umur dewasa dapat menimbulkam miksedema, disebut demikian karena
adanya edematus, penebalan merata dari kulit yang timbul akibat penimbunan
mukopolisakarida hidrofilik pada jaringan ikat diseluruh tubuh. Kelainan yang
menyebabkan hipotiroidisme disajikan pada Tabel 20-3, sekitar 95% kasus
miksedema disebabkan oleh 3 keadaan (menurut urutan frekuensi):
1. Penghilangan
kelenjar pada operasi atau radiasi yang terjadi pada perawatan penyakit Graves
atau karsinoma
2. Tiroiditis
Hashimoto
3. Perkembangan
miksedema idiopatik primer yang mungkin disebabkan kelainan autoimun (yaitu
pembentukan antibodi yang menekan reseptor TSH)
BAB 3
LAPORAN PENDAHULUAN HIPOTIROIDISME
3.1
Definisi
Hipotiroid
Hipotiroidisme
adalah suatu sindroma klinis akibat dari defisiensi hormontiroid, yang kemudian
mengakibatkan perlambatan proses metabolik. Hipotiroidisme pada bayi dan
anak-anak berakibat pertambahan pertumbuhan dan perkembangan jelas dengan
akibat yang menetap yang parah seperti retardasi mental. Hipotiroidisme dengan
awitan pada usia dewasa menyebabkan perlambatan umum organisme dengan deposisi
glikoaminoglikan pada rongga intraselular, terutama pada otot dan kulit,yang
menimbulkan gambaran klinis miksedema. Gejala hipotiroidisme pada orang dewasa
kebanyakan reversibel dengan terapi (Anwar R, 2005).
3.2
Klasifikasi
Hipotiroid
Hipotiroid
dapat diklasifikasikan berdasar waktu kejadian (kongenital atau akuisital),
disfungsi organ yang terjadi (primer atau sekunder/ sentral), jangka waktu
(transien atau permanen) atau gejala yang terjadi (bergejala/ klinis atau tanpa
gejala/ subklinis). Hipotiroid kongenital biasa dijumpai di daerah dengan
defisiensi asupan yodium endemis. Pada daerah dengan asupan yodium yang
mencukupi, hipotiroid kongenital terjadi pada 1 dari 4000 kelahiran hidup, dan
lebih banyak dijumpai pada bayi perempuan (Roberts & Ladenson, 2004).
Pada anak-anak
ini hipotiroid kongenital disebabkan oleh agenesis atau disgenesis kelenjar
tiroid atau gangguan sintesis hormon tiroid. Disgenesis kelenjar tiroid
berhubungan dengan mutasi pada gen PAX8 dan thyroid transcription factor 1 dan
2 (Gillam & Kopp, 2001).
Hipotiroid akuisital disebabkan oleh berbagai faktor.
Penyebab yang paling sering dijumpai adalah tiroiditis autoimun yang sering
disebut tiroiditas Hashimoto. Peran auto imun pada penyakit ini didukung adanya
gambaran infiltrasi limfosit pada kelenjar tiroid dan adanya antibodi tiroid
dalam sirkulasi darah. Operasi atau radiasi (mis: radioterapi eksternal pada
penderita head and neck cancer, terapi yodium radioaktif pada tirotoksikosis,
paparan yodium radioaktif yang tidak disengaja, infiltrasi besi di kelanjar
tiroid pada hemokromatosis. Beberapa bahan kimia maupun obat (misal:
amiodarone, lithium, interferon) juga dapat menyebabkan hipotiroid dengan cara
mempengaruhi produksi hormon tiroid atau mempengaruhi autoimunitas kelenjar
tiroid (Roberts & Ladenson, 2004). Berdasarkan disfungsi organ yang
terkena, hipotiroid dibagi dua yaitu hipotiroid primer dan hipotiroid sentral..
Hipotiroid primer berhubungan dengan defek pada kelenjar tiroid itu sendiri
yang berakibat penurunan sintesis dan sekresi hormon tiroid,
sedangkanhipotiroid sentral berhubungan dengan penyakit penyakit yang
mempengaruhi produksi hormon thyrotropin releasing hormone (TRH) oleh
hipothalamus atau produksi tirotropin(TSH) oleh hipofisis (Roberts &
Ladenson, 2004) Hipotiroid berdasarkan kadar TSH
dibagi beberapa kelompok yaitu:
a.
TSH < 5,5
μIU/L normal
b.
5,5 μIU/L ≤ TSH
< 7 μIU/L Hipotiroid ringan
c.
3. 7 μIU/L ≤ TSH
< 15 μIU/L Hipotiroid sedang Hipotiroid
d.
TSH ≥ 15 μIU/L
Hipotiroid berat biokimia
Selain itu pasien dinyakan hipotiroid klinis jika dijumpai
peninggian kadar TSH (TSH ≥ 5,5 μIU/L) disertai adanya simptom seperti
fatique,peningkatan BB, ggn.siklus haid,konstipasi,intoleransi dingin,rambut
dan kuku rapuh (Wiseman, 2011).
3.3.Etiologi
Hipotiroid
adalah suatu kondisi yang sangat umum. Diperkirakan bahwa 3% sampai 5% dari
populasi mempunyai beberapa bentuk hipotiroid. Kondisi yang lebih umum terjadi
pada wanita dari pada pria dan kejadian-kejadiannya meningkat sesuai dengan
umur.
Dibawah
adalah suatu daftar dari beberapa penyebab-penyebab umum hipotiroid pada
orang-orang dewasa diikuti oleh suatu diskusi dari kondisi-kondisi ini.
2.2.1
Hashimoto’s thyroiditis
2.2.2
Lymphocytic thyroiditis (yang mungkin terjadi setelah
hipertiroid)
2.2.3
Penghancuran tiroid (dari yodium ber-radioaktif atau
operasi)
2.2.4
Penyakit pituitari atau hipotalamus
2.2.5
Obat-obatan
2.2.6
Kekurangan yodium yang berat
2.3 Manifestasi Klinis :
2.3.1
Kulit dan rambut
a. Kulit
kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal
b. Pembengkakan,
tangan, mata dan wajah.
c. Rambut
rontok, alopeksia, kering dan pertumbuhannya buruk.
d. Tidak
tahan dingin
e. Pertumbuhan
kuku buruk, kuku menebal.
2.3.2
Muskulokeletal
a. Volume
otot bertambah, glossomegali
b. Kejang
otot, kaku, paramitoni
c. Artralgia
dan efusi sinoval
d. Osteoporosis
e. Pertumbuhan
tulang terhambat pada usia muda
f. Umur
tulang tertinggal disbanding usia kronologis.
g. Kadar
fosfatase alkali menurun.
2.3.3
Neurologic
a. Letargi
dan mental menjadi lambat
b. Aliran
darah ke otak menurun
c. Kejang,
koma, dementia, psikosis (gangguan memori, perhatian kurang, penurunan reflek
tendon)
d. Ataksia
(serebelum terkena)
e. Gangguan
saraf (arfal tunnel)
-
Tuli perseptif, rasa kecap, penciuman
terganggu
2.3.4
Kardiorespiratorik
a.
Brakikardi, disritmia, hipotensi
b.
Curah jantung menurun, gagal jantung
c.
Efusi pericardial (sedikit, temponade
sangat jarang)
d.
Kardiomiopati di pmbuluh. EKG menunjukkan
gelombang T mendatar/inverse
e.
Penyakit jantung iskemic
f.
Hipotensilasi
g.
Efusi pleural
h.
Dispnea
2.3.5
Gastrointestinal
a. Konstipasi,
anoreksia, peningkatan BB, distensi abdomen
b. Obstruksi
usus oleh efusi peritoneal
c. Aklorhidria,
antibody sel parietal gaster, anemia pernisiosa
2.3.6
Renalis
a. Aliran
darah ginjal berkurang, GFR menurun\
b. Retensi
air (volume plasma berkurang)
c. Hipokalsemia
2.4.6
Hematologi
a. Anemia
normokrom normositik
b. Anemia
mikrositik/makrositik
c. Gangguan
koagulasi ringan
2.4.7
System endokrin
a. Pada
perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti amenore/massa menstruasi yang
memanjang, menoragi dan galaktore dengan hiperprolaktemi.
b. Gangguan
fertilitas
c. Gangguan
hormone pertumbuhan dan respon ACTH, hipofisis terhadap insulin akibat
hipoglikemi.
d. Gangguan
sintesis kortison, kliren kortison menurun.
e. Insufisiensi
kelenjar adrenal autoimun.
2.5
Pemeriksaan
Penunjang
2.5.6
T3 dan T4 serum rendah.
2.5.7
TSH meningkat pada hipotiroid primer
2.5.8
TSH rendah pada hipotiroid sekunder
2.5.9
Kegagalan hipofisis : respon TSH
terhadap TRH mendatar
2.5.10 Penyakit
hipotalamus : TSH dan TRH meningkat
2.5.11 Titer
autoantibody tiroid tinggi pada > 80% kasus
2.5.12 Peningkatan
koleterol
2.5.13 Pembesaran
jantung pada sinar X dada
2.5.14 EKG
menunjukkan sinus bradikardi, rendahnya voltase kompleks QRS dan gelombang T
datar atau inverse.
2.6 Diagnosis
Pada tiroiditis
Hashimoto, pemeriksaan goiter yang terbentuk dapat diidentifikasi melalui
pemeriksaan fisik, dan keadaan hipotiroid diketahui dengan identifikasi gejala
dan tanda fisik yang khas, serta melalui hasil pemeriksaan laboratorium. Peningkatan
antibodi antitiroid merupakan bukti laboratorik paling spesifik pada tiroiditis
Hashimoto, namun tidak semuanya dijumpai pada kasus. Pemeriksaan hormon tiroid
biasanya diperiksa kadar TSH. Dikatakan hipotiroid apabila terjadi peningkatan
kadar TSH.
Diagnosis pasti hanya dapat ditegakkan secara
histopatologis melalui biopsi. Kelainan histopatologisnya dapat bermacam –
macam yaitu antara lain infiltrasi limfosit yang difus, obliterasi folikel
tiroid, dan fibrosis. Aspirasi jarum halus biasanya tidak dibutuhkan pada
penderita tiroiditis ini, namun dapat dijadikan langkah terbaik untuk diagnosis
pada kasus yang sulit dan merupakan prosedur yang dibutuhkan jika nodul tiroid
terbentuk .
Fungsi tiroid dinilai secara prospektif dengan
mengukur kadar TSH sesuai algoritme yang telah ditetapkan. Waktu pengukuran
kadar TSH untuk mendeteksi dan memberikan terapi hipotiroid post operasi adalah
1. Preoperasi 2. Fase awal post operasi ( 6 minggu) 3. Fase lanjut post operasi
(12 bln) (Wiseman, 2011).
Hipotiroid merupakan akibat yang sering terjadi
setelah lobektomi yang sangat mempengaruhi hasil akhir operasi dan kualitas
hidup pasien. Hampir 100% mengalami peningkatan kadar TSH. Tetapi peningkatan
kadar TSH tidak selalu menjadi patokan untuk memulai terapi hormon. Semakin
awal dideteksi dapat mencegah terjadinya keluhan dan komplikasinya (Wiseman,
2011). Penegakan
diagnosis hipotiroid dapat dilihat dari segi sebagai berikut :
Gambar
Alogaritma untuk mendeteksi dan terapi hormone pada post operasi hipotiroid
2.7
Patofisiologi
Hipotiroid
Anoreksia
|
Defisiensi
iodium, Tiroiditis, Obat Antitiroid, disfungsi hipofisis, disfungsi TRH
hipotalamus
|
Penurunan
produksi hormone tiroid
|
Penurunan
laju metabolisme
|
Penurunan
kebutuhan O2
|
Achlorhydria (penurunan produksi
asam lambung)
|
Penurunan
motilitas usus
|
Penurunan
fungsi GI
|
MK
: Konstipasi
|
Suplay
O2
|
Retensi
CO2
|
Sesak
nafas
|
Gangguan
pola nafas
|
Produksi
sel darah merah
|
Anemia
|
Kelemahan
|
MK
: Intoleransi aktifitas
|
Penumpukan
lemak
|
Kolestrol
|
BB
|
Aterosklerosis
|
Suplay
darah ke otak
|
Hipoksia
|
MK : Resiko Penurunan
kesadaran
|
Rangsangan hormone Gonadotropin gonadotropin
|
Mensturasi
panjang
|
Libido
rendah
|
Impoten
|
MK
: Gangguan konsep diri
|
Kompensasi
terhadap TSH
|
Hipertropi
anterior dan posterior
|
Kelenjar
tiroid membesar
|
Insulin
rendah
|
Gula
darah
|
Hiperglikemia
|
Mengendapnya
glukosa dalam darah
|
Suplay
O2 dan nutrisi ke jaringan terhambat
|
Nekrotik
jaringan
|
Gangren
|
MK
: Resiko kerusakan integritas kulit
|
MK
: Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
BAB
4
KASUS
DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPOTIROIDISME
2.1
Kasus
Seorang
wanita usia 28 tahun datang ke RS
tanggal 3 februari 2016 dengan keluhan sesak 4 hari yang lalu seperti tertekan
benda berat dibagian dada skala 8-9 timbul saat bernafas dan beraktifitas ,
terdapat benjolan di leher, belum BAB selama 4 hari yang lalu, tidak ada nafsu makan 4 hari yang lalu, 1
porsi hanya habis 4 sendok, kesehariannya tidak suka makan yang asin, sering
tidur larut malam karena harus menyelesaikan pekerjaan sejak 10 tahun yang lalu,
cepat lelah, tampak gelisah , rambutnya rontok sangat banyak tiap kali menyisir
rambut, suaranya sudah seminggu ini parau, kuku juga mudah rapuh, dia tidak menggerti
mengapa ini terjadi. Kegiatan sehari-hari sering dibantu oleh keluarga seperti
makan,minum, mandi karena cepat merasa lelah.
Hasil
pemeriksaan fisik didapat TD : 90/60 mmHg, Nadi : 64x/menit, Suhu : 37,3ºC , RR
: 25x/menit, dangkal terdapat wheezing
-
Hasil Rontgen : Efusi Pleura.
-
Hasil pemeriksaan laboratorium :
o
HB : 8g/dl normal : wanita 12-16 gr/dl
pria : 14-18gr/dl
o
T3 : 0,15mg/dl normal : 0,58-1,59 mg/dl
o
T4: 0,2 µg/dl normal : 4,3-13,4mg/dl
o
TSH 5,00 µlU/ml normal : 0,50-4,0 mIU/ml
2.2
Asuhan Keperawatan
a. Keluhan utama
: pasien mengeluh sesak nafas
b. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Seorang
wanita usia 28 tahun datang ke RS
tanggal 3 februari 2016 dengan keluhan sesak 4 hari yang lalu seperti tertekan
benda berat dibagian dada skala 8-9 timbul saat bernafas dan beraktifitas ,
rasa nyeri pada leher seperti ditusuk tusuk sakala 5-6, timbul saat dibuat
untuk menelan, tidak ada nafsu makan 1
porsi hanya habis 4 sendok, kesehariannya tidak suka makan yang asin,
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien
mengatakan dari dulu tidak menyukai makanan asin, sering menyelesaikan
pekerjaan hingga larut malam sejak 10 tahun yang lalu.
d. Pemeriksaan B1-B6
B1 (Breathing)
a.
Inspeksi:
·
Bentuk dada normal diameter
anteroposteriorndalam proporsi terhadap diameter lateral 1:2
·
Gerakan dinding dada dextra dan sinistra
simetris
·
Frekuensi pernapasan : 25x/menit,
dangkal
·
Tidak terdapat lesi dan kemerahan
dipermukaan kulit
b. Palpasi
:
·
Tidak terdapat nyeri tekan di bagian
dada
·
Tidak terdapat emfisema subkutis
·
Ekspansi dada anterior posterior
terangkat, bergerak bebas sesuai dengan irama pernapasan
·
Fremitus vocal : getaran terasa oleh
kedua telapak tangan
·
Taktil fremitus : bunyi dinding dada
terdengar
c. Perkusi
:
·
Anterior dan posterior terdengar bunyi
sonor
d. Auskultasi
:
·
Anterior thorax terdengar bunyi wheezing
·
Terdengar bunyi bronchial diatas trakea
B2(Blood)
a.
Inspeksi:
·
Tidak terdapat jaringan parut yang
menandakan adanya Luka post op pembedahan pada jantung
·
Terdengar denyut apex pada ICS 5 1cm
dari MCL
·
Irama jantung : 64x/menit, regular
b.
Palpasi
:
·
tidak terdapat peningkatan JVP
·
tidak terdapat thrill
·
tekanan darah : 90/50 mmHg, hipotensi
c.
Perkusi
:
·
Tidak terdapat pembesaran jantung
·
Suara dullness pada area jantung
d.
Auskultasi
:
·
BJ 1 : terdengar
·
BJ 2 : terdengar
·
S1 : terdengar keras
·
S2 : mengeras
·
S3 : -
B3(Brain)
a.
Pemeriksaan
kepala dan leher
·
Bentuk kepala : simetris
·
Leher : terdapat benjolan
·
Rambut rontok sangat banyak tiap kali
menyisir rambut
b.
Pemeriksaan
raut muka
·
Bentuk muka : bulat, lonjong dan
sebagainya
·
Ekspresi wajah tampak meringis kesakitan
·
Muka pucat (anemia)
c.
Pemeriksaan
bibir
·
Bibir : mukosa bibir kering, tidak
sianosis
d.
Pemeriksaan
neurosensori
·
Kesadaran : composmentis
·
Keadaan umum : lemah
·
GCS : E:4 V:5 M:6
e.
Pemeriksaan
saraf cranial
·
Saraf I (Olfaktorius Nerve)
o
Pasien dapat membedakan aroma kopi dan
teh
·
Saraf II (Optikus Nerve)
o
Penglihatan 6/100
·
Saraf III, IV, VI (okulomotorius Nerve,
Toklearis Nerve dan Abdusen Nerve)
o
Gerakan palpebra : normal, dapat
memejamkan mata dan membuka mata
o
Pupil : pupil : isokor, reflek terhadap
cahaya, diameter (kanan dan kiri) ±3 mm
·
Saraf V (trigeminus Nerve)
o
Fungsi motorik nerve trigeminus : otot –
otot dapat berkoordinasi saat mengunyah
·
Saraf VII ( facialis )
o
Inspeksi wajah : simetris
o
Ekspresi wajah : meringis kesakitan
·
Saraf VIII ( Vestibulokoklearis)
o
Pendengaran : dapat mendengar
o
Fungsi vestibular : berdiri tegak dan
berjalan seimbang
·
Saraf IX dan X ( glosofaringeus
Nerve dan Vagus Nerve)
o
Mekanisme menelan : proses menelan
normal tidak ada nyeri telan
·
Saraf XI ( aksesorius Nerve)
o
Inspeksi fungsi otot : otot
sternokleidomatoidesus dan otot trapedius berfungsi dengan normal
·
Saraf XII ( Hiplogosus Nerve)
o
Lidah : semetris, dapat bergerak, dapat
mengucapkan artikulasi dengan jelas
B4(Bladder)
a.
Inspeksi
:
·
Tidak terpasang kateter
·
Urine : warna kuning kecoklatan,
±1500cc/hari
·
Tidak terdapat distensi kandung kemih
b.
Palpasi :
·
Tidak terdapat nyeri tekan di daerah pubica
B5(Bowel)
a. Inspeksi
:
·
Perut datar, tidak ada lesi, warna kulit
sama dengan sekitanya
·
Rongga mulut : tidak ada lesi
·
Tidak terpasang NGT
·
Tidak nafsu makan, mual. porsi hanya
habis 4 sendok
·
Muntah banyak sekali kurang lebih 5 kali
sehari
b. Palpasi
:
· Abdomen tidak asites
· Nyeri
tekan pada abdomen kuadran kiri atas, daerah epigastrium di bawah processus
xipoideus skala
c. Perkusi
:
·
Suara tympani di seluruh bagian abdomen,
pekak pada area hepar
d. Auskultasi
:
·
Peristaltic usus : 4x/menit, durasi 4
detik, interval teratur
B6(Bone)
a.
Inspeksi
:
Ekstremitas atas : terpasang infuse RL
20 tpm
Ekstremitas bawah : tidak terpasang alat
bantu
Turgor kulit : normal
Kekuatan otot:
4 4
4 4
b.
Palpasi
:
Tidak terdapat odeme
e.
Analisa
Data
No.
|
Data
|
Etiologi
|
Problem
|
1.
|
DS
: pasien mengeluh sesak 4 hari yang lalu seperti tertekan benda berat
dibagian dada skala 8-9 timbul saat bernafas dan beraktifitas, suara parau
seminggu yang lalu
DO
:
Terdapat
Pembesaran di leher
TTV
:
-
TD : 90/60 mmHg,
-
Nadi : 64x/menit,
-
RR : 25x/menit dangkal terdapat wheezing
Pemeriksaan
penunjang :
Hasil
foto thorax : efusi pleura
|
Defisiensi
iodium
Penekanan produksi H.Tyroid
TSH merangsang kelenjar tiroid untuk
mensekresi
Kelenjar tyroid membesar
Akumulasi proteoglikan hidrophilik di
rongga interstisial
Akumulasi cairan dirongga pleura
Penurunan ekspansi paru
Sesak nafas
Ketidakefektifan pola nafas
|
Ketidakefektifan
pola nafas
|
2.
|
DS
: Klien mengeluh belum BAB selama 4 hari yang lalu
DO
:
Peristaltik
usus : 4x/menit
|
Defisiensi iodium
Penekanan produksi H.Tyroid
(Hypotiroidisme)
Laju
BMR(Basal Metabolic Rate) lambat
Achloryda
Penurunan motilitas usus
Penurunan fungsi GI
Konstipasi
|
Konstipasi
|
3.
|
DS
: klien mengeluh cepat lelah dan sering tidur larut malam
DO
:
-
ADL dibantu oleh keluarag saat mengalami kelelahan
seperti makan dan minum, mandi,
-
Konjungtiva anemis
-
K/U : lemah
-
HB : 8gr/dl
-
Kekuatan otot :
4
4
4
4
|
Defisiensi iodium
Penekanan produksi H.Tyroid
(Hypotiroidisme)
Penurunan produksi eritrosit
Kekurangan Vit.12 dan asam folat
Anemia perisiosa
Kelemahan
Intoleransi aktifitas
|
Intoleransi
aktifitas
|
4.
|
DS
: klien mengeluh ada benjolan dileher
DO
: leher teraba benjolan
|
Defisiensi iodium
Penekanan produksi H.Tyroid
(Hypotiroidisme)
Kompensasi
terhadap TSH
Hipertropi
anterior
Kelenjar
tyroid membesar
Gangguan
konsep diri
|
Gangguan
konsep diri
|
f. Diagnosa
Keperawatan
No.
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tanggal muncul
|
Tanggal
teratasi
|
1.
|
Ketidakefektifan
pola nafas b.d penurunan ekspansi paru ditandai dengan
DS
: pasien mengeluh sesak 4 hari yang lalu seperti tertekan benda berat
dibagian dada skala 8-9 timbul saat bernafas dan beraktifitas, suara parau
seminggu yang lalu
DO
:
Terdapat
Pembesaran di leher
TTV
:
-
TD : 90/60 mmHg,
-
Nadi : 68x/menit,
-
RR : 25x/menit dangkal terdapat wheezing
Pemeriksaan
penunjang :
Hasil
foto thorax : efusi pleura
|
||
2.
|
Intoleransi
aktifitas b.d defisiensi eritrosit ditandai dengan DS : klien mengeluh cepat
lelah dan sering tidur larut malam
DO
:
-
ADL dibantu oleh keluarag saat mengalami kelelahan
seperti makan dan minum, mandi,
-
Konjungtiva anemis
-
K/U : lemah
-
HB : 8gr/dl
-
Kekuatan otot :
4
4
4
4
|
||
3.
|
Gangguan
Eliminasi b.d penurunan fungsi GI ditandai dengan konstipasi
DS
: Klien mengeluh belum BAB selama 4 hari yang lalu
DO
:
Peristaltik
usus : 4x/menit
|
g. Intervensi
Keperawatan
No
|
Diagnosa keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi keperawatan
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
|||
1
|
Ketidakefektifan
pola napas DS : pasien mengeluh sesak 4 hari yang lalu seperti tertekan benda
berat dibagian dada skala 8-9 timbul saat bernafas dan beraktifitas, suara
parau seminggu yang lalu
DO
:
Terdapat
Pembesaran di leher
TTV
:
-
TD : 90/60 mmHg,
-
Nadi : 64x/menit,
-
RR : 25x/menit dangkal terdapat wheezing
Pemeriksaan
penunjang :
Hasil
foto thorax : efusi pleura
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama1x24 jam diharapkan masalah keperawatan
pola napas tidak efektifdapat teratasi.
Kriteria
Hasil:
-
Menunjukkan pola napas efektif
-
Frekuensi dan kedalaman dalam
keadaan normal
-
Paru-paru jelas bersih
-
Berpartisispasi dalam aktivitas
meningkatkan fungsi paru
|
1.
Berikan O2 sesuai indikasi.
|
Menurunkan
hipoksia yang dapat menyebabkan vasodilatasi serebral dan tekanan darah
meningkat/terbentuknya edema.
|
2. Posisikan
pasien semi fowler
|
Memungkinkan
ekspansi paru dan memudahkan pernafasan
|
|||
3. Berikan
humidifikasi tambahan misalnya : nebulizer ultrasonik
|
Memberikan
kelembapan pada membrane mukosa
|
|||
4. Ajarkan
teknik nafas dalam dan latihan batuk efektif
|
Dapat
meningkatkan/banyakanya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambahn
ketidaknyamanan upaya bernafas
|
|||
5. Auskultasi
bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas tambahan
|
Bunyi
nafas menurun memandakan adanya obstruksi sekunder
|
|||
6. Observasi
ulang frekunsi pernafasan, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.
|
Kecepatan
biasanya meningkat. Dispnea meningkatkan kerja nafas
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar