Selasa, 26 April 2016

ASUHAN KEPERAWATAN DAN KASUS PADA HIPOTIROID


MAKALAH
HIPOTIROID







OLEH : KELOMPOK 2
KELAS : 2B
1.       Ayu Tri Widiyanti                (201401062)                 
2.       Irnandita Citra P                  (201401049)                 
3.       Pungki Dwi Ambarwati        (201401071)
4.       Rizqiana Eka Cahyani                   (201401046)
5.       Iid dahlia                               (201401054)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2016

















BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Endokrinologi merupakan ilmu mengenai hormon endokrin dan organ – organ yang terlibat dalam pelepasan hormon endokrin. Sistem endokrin dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Terdapat dua tipe kelenjar yaitu eksokrin dan endokrin. Kelenjar eksokrin melepas sekresinya ke dalam duktus pada permukaan tubuh seperti kulit, atau organ internal  lapisan traktus intestinal. Seangkan kelenjar endokrin seperti hepar, pankreas, kelenjar adrenal, hipofise, tiroid, paratiroid serta timus.
Kelenjar tiroid terdiri atas dua lobus yaitu lobus kiri dan kanan yang dipisahkan oleh isthmus. Lobus kanan kelenjar tiroid mendapatkan suplai darah yang lebih besar dibandingkan dengan lobus kiri.
Kelenjar tiroid menghasilkan tiga jenis hormon yaitu tri-iodotironin (T3), tiroksin (T4), dan sedikit tirokalsitonin. Hormon T3 dan T4 dihasilkan oleh folikel sedangkan tirokalsitonin dihasilkan oleh parafolikuler. Bahan dasar pembentukanhormon-hormon ini adalah yodium yang diperoleh dari makanan dan minuman. Baik T3 dan T4 kedua-duanya meningkatkan metabolisme karena meningkatkan konsumsi oksigen dan produksi panas.kedua hormon ini tidak berbeda dalam fungsi namun berbeda dalam intensitas dan cepatnya reaksi. T3 lebih cepat dan lebih kuat reaksinya tetapi waktunya lebih singkat dibandingkan dengan T4. T3 lebih sedikit jumlahnya dalam darah. T4 dapat diubah menjadi T3 setelah dilepaskan oleh folikel kelenjar.
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang dikarakteristikan oleh produksi hormon tiroid yang rendah. Ada banyak kekacauan-kekacauan yang berakibat pada hipotiroid. Kekacauan-kekacauan ini mungkin langsung atau tidak langsung melibatkan kelenjar tiroid. Karena hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan banyak proses-proses sel, hormon tiroid yang tidak memadai mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang meluas untuk tubuh.

1.2    Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1.    Apakah yang dimaksud dengan Hipotiroid?
2.    Bagaimana etiologi dari Hipotiroid?
3.    Bagaimana manifestasi klinis dari Hipotiroid?
4.    Bagaimanapatofisiologis terjadinya Hipotiroid?
5.    Bagaimanatanda dan gejala Hipotiroid?
6.    Apakah ada komplikasi pada Hipotiroid?
7.    Bagaimana dengan asuhan keperawatan pada Hipotiroid?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan adanya makalah Hipotiroid ini, yaitu :
1.      Sebagai bahan pengetahuan tentang pengertian Hipotiroid.
2.      Untuk memgetahui etiologi dariHipotiroid.
3.      Untuk mengetahui manifestasi klinis terjadinyHipotiroid.
4.      Untuk mengetahui jalannya patologis dari Hipotiroid.
5.      Untuk dapat mengerti bagaimana penatalaksanaan dari Hipotiroid.
6.      Untuk dapat mengetahui bentuk komplikasi dari Hipotiroid.
7.      Untuk dapat mengerti bagaimana bentuk asuhan keperawatan pada Hipotiroid.












BAB 2
ANATOMI FISIOLOGI KELENJAR TYROID
2.1 Anatomi dan Fisisologi Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid terletak di leher, yaitu antara fasia koli media dan fasia prevertebralis. Di dalam ruang yang sama terdapat trakea, esophagus, pembuluh darah besar dan saraf. Kelenjar tiroid melekat pada trakea dan fascia pretrakealis dan melingkari trakea dua pertiga bahkan sampai tiga perempat lingkaran. Keempat kelenjar paratiroid umumnya terletak pada permukaan belakang kelenjar tiroid, tetapi letak dan jumlah kelenjar ini dapat bervariasi. Arteri karotis komunis, vena jugularis interna dan nervus vagus terletak bersama dalam suatu ruang tertutup di latero dorsal tiroid. Nervus rekurens terlekan di dorsal tiroid sebelum masuk laring. Nervus frenikus dan trunkus simpatikus tidak masuk ke dalam ruang antara fasia media dan prevertebralis (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005).
Vaskularisasi kelenjar tiroid berasal dari empat sumber antara lain arteri karotis superior kanan dan kiri, cabang arteri karotis eksterna kanan dan kiri dan kedua arteri tiroidea inferior kanan dan kiri, cabang arteri brakhialis. Kadang kala dijumpai arteri tiroidea ima, cabang dari trunkus brakiosefalika. Sistem vena terdiri atas vena tiroidea superior yang berjalan bersama arteri, vena tiroidea media di sebelah lateral dan vena tiroidea inferior. Terdapat dua macam saraf yang mensarafi laring dengan pita suara (plica vocalis) yaitu nervus rekurens dan cabang dari nervus laringeus superior (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005).
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang terletak di leher dan terdiri atas sepasang lobus disisi kiri dan kanan. Terletak di leher dihubungkan oleh ismus yang menutupi cincin trakea 2 dan3. Kelenjar ini tersusun dari zat hasil sekresi bernama koloid yang tersimpan dalam folikel tertutup yang dibatasi oleh sel epitel kuboid. Koloid ini tersusun atas tiroglobulin yang akan dipecah menjadi hormon tiroid (T3 dan T4) oleh enzim endopeptidase. Kemudian hormon ini akan disekresikan ke sirkulasi darah untuk kemudian dapat berefek pada organ target.

Gambar 3. Mekanisme sintesis hormon tiroid
Sumber : www.edukasi.net
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4) yang kemudian berubah menjadi bentuk aktifnya yaitu triyodotironin (T3). Iodium nonorganik yang diserap dari saluran cerna merupakan bahan baku hormon tiroid. Zat ini dipekatkan kadarnya menjadi 30-40 kali sehingga mempunyai afinitas yang sangat tinggi di dalam jaringan tiroid. T3 dan T4 yang dihasilkan ini kemudian akan disimpan dalam bentuk koloid di dalam tiroid. Sebagian besar T4 kemudian akan dilepaskan ke sirkulasi sedangkan sisanya tetap di dalam kelenjar yang kemudian mengalami daur ulang. Di sirkulasi, hormon tiroid akan terikat oleh protein yaitu globulin pengikat tiroid Thyroid Binding Globulin (TBG) atau prealbumin pengikat albumin Thyroxine Binding Prealbumine (TBPA). Hormon stimulator tiroid Thyroid Stimulating Hormone (TSH) memegang peranan terpenting untuk mengatur sekresi dari kelenjar tiroid. TSH dihasilkan oleh lobus anterior 13 kelenjar hipofisis. Proses yang dikenal sebagai umpan balik negatif sangat penting dalam proses pengeluaran hormon tiroid ke sirkulasi. Pada pemeriksaan akan terlihat adanya sel parafolikular yang menghasilkan kalsitonin yang berfungsi untuk mengatur metabolisme kalsium, yaitu menurunkan kadar kalsium serum terhadap tulang (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005). Sekresi hormon tiroid dikendalikan oleh kadar hormon perangsang tiroid yaitu Thyroid Stimulating Hormone (TSH) yang dihasilkan oleh lobus anterior hipofisis. Kelenjar ini secara langsung dipengaruhi dan diatur aktifitasnya oleh kadar hormon tiroid dalam sirkulasi yang bertindak sebagai umpan balik negatif terhadap lobus anterior hipofisis dan terhadap sekresi hormon pelepas tirotropin yaitu Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) dari hipotalamus (Guyton & Hall, 2006).
Sebenarnya hampir semua sel di tubuh dipengaruhi secara langsung atau tidak langsung oleh hormon tiroid. Efek T3 dan T4 dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu : (Sherwood, 2011)
a.       Efek pada laju metabolism
Hormon tiroid meningkatkan laju metabolisme basal tubuh secara keseluruhan. Hormon ini adalah regulator terpenting bagi tingkat konsumsi O2 dan pengeluaran energi tubuh pada keadaan istirahat.
b.      Efek kalorigenik
Peningkatan laju metabolisme menyebabkan peningkatan produksi panas.
c.       Efek pada metabolisme perantara
Hormon tiroid memodulasi kecepatan banyak reaksi spesifik yang terlibat dalam metabolisme bahan bakar. Efek hormon tiroid pada bahan bakar metabolik bersifat multifaset, hormon ini tidak saja mempengaruhi sintesis dan penguraian karbohidrat, lemak dan protein, tetapi banyak sedikitnya jumlah hormon juga dapat menginduksi efek yang bertentangan.
d.      Efek simpatomimetik
Hormon tiroid meningkatkan ketanggapan sel sasaran terhadap katekolamin (epinefrin dan norepinefrin), zat perantara kimiawi yang digunakan oleh sistem saraf simpatis dan hormon dari medula adrenal.
e.       Efek pada sistem kardiovaskuler
Hormon tiroid meningkatkan kecepatan denyut dan kekuatan kontraksi jantung sehingga curah jantung meningkat.
f.       Efek pada pertumbuhan
Hormon tiroid tidak saja merangsang sekresi hormone pertumbuhan, tetapi juga mendorong efek hormon pertumbuhan (somatomedin) pada sintesis protein struktural baru dan pertumbuhan rangka.
g.       Efek pada sistem saraf
Hormon tiroid berperan penting dalam perkembangan normal sistem saraf terutama Sistem Saraf Pusat (SSP). Hormon tiroid juga sangat penting untuk aktivitas normal SSP pada orang dewasa.
Mekanisme sekresi hormon tiroid sendiri diatur oleh suatu axis hipothalamus-hipofisis-tiroid. Hipothalamus akan mensekresikan Thyroid Relaxing Hormon (TRH) yang akan merangsang hipofisis untuk memproduksi hormon tiroid terutama dalam bentuk T3 dan T4. Biosintesis hormon tiroid terbagi dalam berbagai tahap:
a.    Tahap trapping
b.   Tahap oksidasi
c.    Tahap coupling
d.   Tahap penimbun atau storange
e.    Tahap deyodinasi
f.     Tahap proteolisis
g.    Tahap sekresi


2.2  Defisiensi
Defisiensi ataupun resitensi perifer pada hormon tiroid menimbulkan keadaan hipometabolik terhadap hipotiroidisme. Apabila kekurangan hormon timbul pada anak-anak dapat menimbulkan kreitinisme. Pada anak yang sudah agak besar atau pada umur dewasa dapat menimbulkam miksedema, disebut demikian karena adanya edematus, penebalan merata dari kulit yang timbul akibat penimbunan mukopolisakarida hidrofilik pada jaringan ikat diseluruh tubuh. Kelainan yang menyebabkan hipotiroidisme disajikan pada Tabel 20-3, sekitar 95% kasus miksedema disebabkan oleh 3 keadaan (menurut urutan frekuensi):
1.      Penghilangan kelenjar pada operasi atau radiasi yang terjadi pada perawatan penyakit Graves atau karsinoma
2.      Tiroiditis Hashimoto
3.      Perkembangan miksedema idiopatik primer yang mungkin disebabkan kelainan autoimun (yaitu pembentukan antibodi yang menekan reseptor TSH)

BAB 3
LAPORAN PENDAHULUAN HIPOTIROIDISME
3.1     Definisi Hipotiroid
Hipotiroidisme adalah suatu sindroma klinis akibat dari defisiensi hormontiroid, yang kemudian mengakibatkan perlambatan proses metabolik. Hipotiroidisme pada bayi dan anak-anak berakibat pertambahan pertumbuhan dan perkembangan jelas dengan akibat yang menetap yang parah seperti retardasi mental. Hipotiroidisme dengan awitan pada usia dewasa menyebabkan perlambatan umum organisme dengan deposisi glikoaminoglikan pada rongga intraselular, terutama pada otot dan kulit,yang menimbulkan gambaran klinis miksedema. Gejala hipotiroidisme pada orang dewasa kebanyakan reversibel dengan terapi (Anwar R, 2005).
3.2     Klasifikasi Hipotiroid
Hipotiroid dapat diklasifikasikan berdasar waktu kejadian (kongenital atau akuisital), disfungsi organ yang terjadi (primer atau sekunder/ sentral), jangka waktu (transien atau permanen) atau gejala yang terjadi (bergejala/ klinis atau tanpa gejala/ subklinis). Hipotiroid kongenital biasa dijumpai di daerah dengan defisiensi asupan yodium endemis. Pada daerah dengan asupan yodium yang mencukupi, hipotiroid kongenital terjadi pada 1 dari 4000 kelahiran hidup, dan lebih banyak dijumpai pada bayi perempuan (Roberts & Ladenson, 2004).
Pada anak-anak ini hipotiroid kongenital disebabkan oleh agenesis atau disgenesis kelenjar tiroid atau gangguan sintesis hormon tiroid. Disgenesis kelenjar tiroid berhubungan dengan mutasi pada gen PAX8 dan thyroid transcription factor 1 dan 2 (Gillam & Kopp, 2001).
Hipotiroid akuisital disebabkan oleh berbagai faktor. Penyebab yang paling sering dijumpai adalah tiroiditis autoimun yang sering disebut tiroiditas Hashimoto. Peran auto imun pada penyakit ini didukung adanya gambaran infiltrasi limfosit pada kelenjar tiroid dan adanya antibodi tiroid dalam sirkulasi darah. Operasi atau radiasi (mis: radioterapi eksternal pada penderita head and neck cancer, terapi yodium radioaktif pada tirotoksikosis, paparan yodium radioaktif yang tidak disengaja, infiltrasi besi di kelanjar tiroid pada hemokromatosis. Beberapa bahan kimia maupun obat (misal: amiodarone, lithium, interferon) juga dapat menyebabkan hipotiroid dengan cara mempengaruhi produksi hormon tiroid atau mempengaruhi autoimunitas kelenjar tiroid (Roberts & Ladenson, 2004). Berdasarkan disfungsi organ yang terkena, hipotiroid dibagi dua yaitu hipotiroid primer dan hipotiroid sentral.. Hipotiroid primer berhubungan dengan defek pada kelenjar tiroid itu sendiri yang berakibat penurunan sintesis dan sekresi hormon tiroid, sedangkanhipotiroid sentral berhubungan dengan penyakit penyakit yang mempengaruhi produksi hormon thyrotropin releasing hormone (TRH) oleh hipothalamus atau produksi tirotropin(TSH) oleh hipofisis (Roberts & Ladenson, 2004) Hipotiroid berdasarkan kadar TSH dibagi beberapa kelompok yaitu:
a.       TSH < 5,5 μIU/L  normal
b.      5,5 μIU/L ≤ TSH < 7 μIU/L Hipotiroid ringan
c.       3. 7 μIU/L ≤ TSH < 15 μIU/L  Hipotiroid sedang Hipotiroid
d.      TSH ≥ 15 μIU/L  Hipotiroid berat biokimia
Selain itu pasien dinyakan hipotiroid klinis jika dijumpai peninggian kadar TSH (TSH ≥ 5,5 μIU/L) disertai adanya simptom seperti fatique,peningkatan BB, ggn.siklus haid,konstipasi,intoleransi dingin,rambut dan kuku rapuh (Wiseman, 2011).

3.3.Etiologi
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang sangat umum. Diperkirakan bahwa 3% sampai 5% dari populasi mempunyai beberapa bentuk hipotiroid. Kondisi yang lebih umum terjadi pada wanita dari pada pria dan kejadian-kejadiannya meningkat sesuai dengan umur.
Dibawah adalah suatu daftar dari beberapa penyebab-penyebab umum hipotiroid pada orang-orang dewasa diikuti oleh suatu diskusi dari kondisi-kondisi ini.
2.2.1        Hashimoto’s thyroiditis
2.2.2        Lymphocytic thyroiditis (yang mungkin terjadi setelah hipertiroid)
2.2.3        Penghancuran tiroid (dari yodium ber-radioaktif atau operasi)
2.2.4        Penyakit pituitari atau hipotalamus
2.2.5        Obat-obatan
2.2.6        Kekurangan yodium yang berat

2.3  Manifestasi Klinis :
2.3.1        Kulit dan rambut
a.       Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal
b.      Pembengkakan, tangan, mata dan wajah.
c.       Rambut rontok, alopeksia, kering dan pertumbuhannya buruk.
d.      Tidak tahan dingin
e.       Pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal.
2.3.2        Muskulokeletal
a.       Volume otot bertambah, glossomegali
b.      Kejang otot, kaku, paramitoni
c.       Artralgia dan efusi sinoval
d.      Osteoporosis
e.       Pertumbuhan tulang terhambat pada usia muda
f.       Umur tulang tertinggal disbanding usia kronologis.
g.      Kadar fosfatase alkali menurun.

2.3.3        Neurologic
a.       Letargi dan mental menjadi lambat
b.      Aliran darah ke otak menurun
c.       Kejang, koma, dementia, psikosis (gangguan memori, perhatian kurang, penurunan reflek tendon)
d.      Ataksia (serebelum terkena)
e.       Gangguan saraf (arfal tunnel)
-          Tuli perseptif, rasa kecap, penciuman terganggu
2.3.4        Kardiorespiratorik
a.         Brakikardi, disritmia, hipotensi
b.         Curah jantung menurun, gagal jantung
c.         Efusi pericardial (sedikit, temponade sangat jarang)
d.        Kardiomiopati di pmbuluh. EKG menunjukkan gelombang T mendatar/inverse
e.         Penyakit jantung iskemic
f.          Hipotensilasi
g.         Efusi pleural
h.         Dispnea
2.3.5        Gastrointestinal
a.       Konstipasi, anoreksia, peningkatan BB, distensi abdomen
b.      Obstruksi usus oleh efusi peritoneal
c.       Aklorhidria, antibody sel parietal gaster, anemia pernisiosa
2.3.6        Renalis
a.       Aliran darah ginjal berkurang, GFR menurun\
b.      Retensi air (volume plasma berkurang)
c.       Hipokalsemia
2.4.6        Hematologi
a.       Anemia normokrom normositik
b.      Anemia mikrositik/makrositik
c.       Gangguan koagulasi ringan

2.4.7        System endokrin
a.       Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti amenore/massa menstruasi yang memanjang, menoragi dan galaktore dengan hiperprolaktemi.
b.      Gangguan fertilitas
c.       Gangguan hormone pertumbuhan dan respon ACTH, hipofisis terhadap insulin akibat hipoglikemi.
d.      Gangguan sintesis kortison, kliren kortison menurun.
e.       Insufisiensi kelenjar adrenal autoimun.













2.5      Pemeriksaan Penunjang
2.5.6        T3 dan T4 serum rendah.
2.5.7        TSH meningkat pada hipotiroid primer
2.5.8        TSH rendah pada hipotiroid sekunder
2.5.9        Kegagalan hipofisis : respon TSH terhadap TRH mendatar
2.5.10    Penyakit hipotalamus : TSH dan TRH meningkat
2.5.11    Titer autoantibody tiroid tinggi pada > 80% kasus
2.5.12    Peningkatan koleterol
2.5.13    Pembesaran jantung pada sinar X dada
2.5.14    EKG menunjukkan sinus bradikardi, rendahnya voltase kompleks QRS dan gelombang T datar atau inverse.

2.6      Diagnosis
Pada tiroiditis Hashimoto, pemeriksaan goiter yang terbentuk dapat diidentifikasi melalui pemeriksaan fisik, dan keadaan hipotiroid diketahui dengan identifikasi gejala dan tanda fisik yang khas, serta melalui hasil pemeriksaan laboratorium. Peningkatan antibodi antitiroid merupakan bukti laboratorik paling spesifik pada tiroiditis Hashimoto, namun tidak semuanya dijumpai pada kasus. Pemeriksaan hormon tiroid biasanya diperiksa kadar TSH. Dikatakan hipotiroid apabila terjadi peningkatan kadar TSH.
Diagnosis pasti hanya dapat ditegakkan secara histopatologis melalui biopsi. Kelainan histopatologisnya dapat bermacam – macam yaitu antara lain infiltrasi limfosit yang difus, obliterasi folikel tiroid, dan fibrosis. Aspirasi jarum halus biasanya tidak dibutuhkan pada penderita tiroiditis ini, namun dapat dijadikan langkah terbaik untuk diagnosis pada kasus yang sulit dan merupakan prosedur yang dibutuhkan jika nodul tiroid terbentuk .
Fungsi tiroid dinilai secara prospektif dengan mengukur kadar TSH sesuai algoritme yang telah ditetapkan. Waktu pengukuran kadar TSH untuk mendeteksi dan memberikan terapi hipotiroid post operasi adalah 1. Preoperasi 2. Fase awal post operasi ( 6 minggu) 3. Fase lanjut post operasi (12 bln) (Wiseman, 2011).
Hipotiroid merupakan akibat yang sering terjadi setelah lobektomi yang sangat mempengaruhi hasil akhir operasi dan kualitas hidup pasien. Hampir 100% mengalami peningkatan kadar TSH. Tetapi peningkatan kadar TSH tidak selalu menjadi patokan untuk memulai terapi hormon. Semakin awal dideteksi dapat mencegah terjadinya keluhan dan komplikasinya (Wiseman, 2011). Penegakan diagnosis hipotiroid dapat dilihat dari segi sebagai berikut :
Gambar Alogaritma untuk mendeteksi dan terapi hormone pada post operasi hipotiroid
2.7      Patofisiologi Hipotiroid
Anoreksia 
Defisiensi iodium, Tiroiditis, Obat Antitiroid, disfungsi hipofisis, disfungsi TRH hipotalamus


Penurunan produksi hormone tiroid


Penurunan laju metabolisme


Penurunan kebutuhan O2

Achlorhydria (penurunan produksi asam lambung)
Penurunan motilitas usus

Penurunan fungsi GI

MK : Konstipasi

Suplay O2

Retensi CO2

Sesak nafas

Gangguan pola nafas

Produksi sel darah merah
Anemia
Kelemahan
MK : Intoleransi aktifitas
Penumpukan lemak
Kolestrol
BB
Aterosklerosis 
Suplay darah ke otak
Hipoksia 
MK : Resiko Penurunan kesadaran 
Rangsangan  hormone Gonadotropin gonadotropin
Mensturasi panjang
Libido rendah 
Impoten  
MK : Gangguan konsep diri  
Kompensasi terhadap TSH 
Hipertropi anterior dan posterior
Kelenjar tiroid membesar 

Insulin rendah 
Gula darah  
Hiperglikemia  
Mengendapnya glukosa dalam darah
Suplay O2 dan nutrisi ke jaringan terhambat
Nekrotik jaringan
Gangren  
MK : Resiko kerusakan integritas kulit   
MK : Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 
 























BAB 4
KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPOTIROIDISME
2.1 Kasus
Seorang wanita usia 28  tahun datang ke RS tanggal 3 februari 2016 dengan keluhan sesak 4 hari yang lalu seperti tertekan benda berat dibagian dada skala 8-9 timbul saat bernafas dan beraktifitas , terdapat benjolan di leher, belum BAB selama 4 hari yang lalu,  tidak ada nafsu makan 4 hari yang lalu, 1 porsi hanya habis 4 sendok, kesehariannya tidak suka makan yang asin, sering tidur larut malam karena harus menyelesaikan pekerjaan sejak 10 tahun yang lalu, cepat lelah, tampak gelisah , rambutnya rontok sangat banyak tiap kali menyisir rambut, suaranya sudah seminggu ini parau, kuku juga mudah rapuh, dia tidak menggerti mengapa ini terjadi. Kegiatan sehari-hari sering dibantu oleh keluarga seperti makan,minum, mandi karena cepat merasa lelah.
Hasil pemeriksaan fisik didapat TD : 90/60 mmHg, Nadi : 64x/menit, Suhu : 37,3ºC , RR : 25x/menit, dangkal terdapat wheezing
-          Hasil Rontgen : Efusi Pleura.
-          Hasil pemeriksaan laboratorium :
o   HB : 8g/dl normal : wanita 12-16 gr/dl pria : 14-18gr/dl
o   T3 : 0,15mg/dl normal : 0,58-1,59 mg/dl
o   T4: 0,2 µg/dl normal : 4,3-13,4mg/dl
o    TSH 5,00 µlU/ml normal : 0,50-4,0 mIU/ml
2.2 Asuhan Keperawatan
a. Keluhan utama : pasien mengeluh sesak nafas
b. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Seorang wanita usia 28  tahun datang ke RS tanggal 3 februari 2016 dengan keluhan sesak 4 hari yang lalu seperti tertekan benda berat dibagian dada skala 8-9 timbul saat bernafas dan beraktifitas , rasa nyeri pada leher seperti ditusuk tusuk sakala 5-6, timbul saat dibuat untuk menelan,  tidak ada nafsu makan 1 porsi hanya habis 4 sendok, kesehariannya tidak suka makan yang asin,
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan dari dulu tidak menyukai makanan asin, sering menyelesaikan pekerjaan hingga larut malam sejak 10 tahun yang lalu.
d. Pemeriksaan B1-B6
B1 (Breathing)
a.      Inspeksi:
·         Bentuk dada normal diameter anteroposteriorndalam proporsi terhadap diameter lateral 1:2
·         Gerakan dinding dada dextra dan sinistra simetris
·         Frekuensi pernapasan : 25x/menit, dangkal
·         Tidak terdapat lesi dan kemerahan dipermukaan kulit
b.      Palpasi :
·         Tidak terdapat nyeri tekan di bagian dada
·         Tidak terdapat emfisema subkutis
·         Ekspansi dada anterior posterior terangkat, bergerak bebas sesuai dengan irama pernapasan
·         Fremitus vocal : getaran terasa oleh kedua telapak tangan
·         Taktil fremitus : bunyi dinding dada terdengar
c.       Perkusi :
·         Anterior dan posterior terdengar bunyi sonor
d.      Auskultasi :
·         Anterior thorax terdengar bunyi wheezing
·         Terdengar bunyi bronchial diatas trakea
B2(Blood)
a.      Inspeksi:
·         Tidak terdapat jaringan parut yang menandakan adanya Luka post op pembedahan pada jantung
·         Terdengar denyut apex pada ICS 5 1cm dari MCL
·         Irama jantung : 64x/menit, regular
b.      Palpasi :
·         tidak terdapat peningkatan JVP
·         tidak terdapat thrill
·         tekanan darah : 90/50 mmHg, hipotensi
c.       Perkusi :
·         Tidak terdapat pembesaran jantung
·         Suara dullness pada area jantung
d.      Auskultasi :
·         BJ 1 : terdengar
·         BJ 2 : terdengar
·         S1 : terdengar keras
·         S2 : mengeras
·         S3 : -

B3(Brain)
a.      Pemeriksaan kepala dan leher
·         Bentuk kepala : simetris
·         Leher : terdapat benjolan
·         Rambut rontok sangat banyak tiap kali menyisir rambut
b.      Pemeriksaan raut muka
·         Bentuk muka : bulat, lonjong dan sebagainya
·         Ekspresi wajah tampak meringis kesakitan
·         Muka pucat (anemia)
c.       Pemeriksaan bibir
·         Bibir : mukosa bibir kering, tidak sianosis
d.      Pemeriksaan neurosensori
·         Kesadaran : composmentis
·         Keadaan umum : lemah
·         GCS : E:4 V:5 M:6
e.       Pemeriksaan saraf cranial
·         Saraf I (Olfaktorius Nerve)
o   Pasien dapat membedakan aroma kopi dan teh
·         Saraf II (Optikus Nerve)
o   Penglihatan 6/100
·         Saraf III, IV, VI (okulomotorius Nerve, Toklearis Nerve dan Abdusen Nerve)
o   Gerakan palpebra : normal, dapat memejamkan mata dan membuka mata
o   Pupil : pupil : isokor, reflek terhadap cahaya, diameter (kanan dan kiri) ±3 mm
·         Saraf V (trigeminus Nerve)
o   Fungsi motorik nerve trigeminus : otot – otot dapat berkoordinasi saat mengunyah
·          Saraf VII ( facialis )
o   Inspeksi wajah : simetris
o   Ekspresi wajah : meringis kesakitan
·         Saraf VIII ( Vestibulokoklearis)
o   Pendengaran : dapat mendengar
o   Fungsi vestibular : berdiri tegak dan berjalan seimbang
·          Saraf IX dan X ( glosofaringeus Nerve dan Vagus Nerve)
o   Mekanisme menelan : proses menelan normal tidak ada nyeri telan
·         Saraf XI ( aksesorius Nerve)
o   Inspeksi fungsi otot : otot sternokleidomatoidesus dan otot trapedius berfungsi dengan normal
·         Saraf XII ( Hiplogosus Nerve)
o   Lidah : semetris, dapat bergerak, dapat mengucapkan artikulasi dengan jelas
B4(Bladder)
a.      Inspeksi :
·         Tidak terpasang kateter
·         Urine : warna kuning kecoklatan, ±1500cc/hari
·         Tidak terdapat distensi kandung kemih
b.      Palpasi :
·         Tidak terdapat nyeri tekan di daerah pubica
B5(Bowel)
a.       Inspeksi :
·         Perut datar, tidak ada lesi, warna kulit sama dengan sekitanya
·         Rongga mulut : tidak ada lesi
·         Tidak terpasang NGT
·         Tidak nafsu makan, mual. porsi hanya habis 4 sendok
·         Muntah banyak sekali kurang lebih 5 kali sehari
b.      Palpasi :
·  Abdomen tidak asites
· Nyeri tekan pada abdomen kuadran kiri atas, daerah epigastrium di bawah processus xipoideus skala
c.       Perkusi :
·         Suara tympani di seluruh bagian abdomen, pekak pada area hepar
d.      Auskultasi :
·         Peristaltic usus : 4x/menit, durasi 4 detik, interval teratur
B6(Bone)
a.      Inspeksi :
Ekstremitas atas : terpasang infuse RL 20 tpm
Ekstremitas bawah : tidak terpasang alat bantu
Turgor kulit : normal
Kekuatan otot:
                    4     4
                          4     4
b.      Palpasi :
Tidak terdapat odeme
e.       Analisa Data
No.
Data
Etiologi
Problem
1.
DS : pasien mengeluh sesak 4 hari yang lalu seperti tertekan benda berat dibagian dada skala 8-9 timbul saat bernafas dan beraktifitas, suara parau seminggu yang lalu
DO :
Terdapat Pembesaran di leher
TTV :
-          TD : 90/60 mmHg,
-          Nadi : 64x/menit,  
-          RR : 25x/menit dangkal terdapat wheezing
Pemeriksaan penunjang :
Hasil foto thorax : efusi pleura


Defisiensi iodium

Penekanan produksi H.Tyroid

TSH merangsang kelenjar tiroid untuk mensekresi

Kelenjar tyroid membesar

Akumulasi proteoglikan hidrophilik di rongga interstisial

Akumulasi cairan dirongga pleura

Penurunan ekspansi paru

Sesak nafas

Ketidakefektifan pola nafas
Ketidakefektifan pola nafas
2.
DS : Klien mengeluh belum BAB selama 4 hari yang lalu
DO :
Peristaltik usus : 4x/menit


Defisiensi iodium

Penekanan produksi H.Tyroid
(Hypotiroidisme)

Laju BMR(Basal Metabolic Rate) lambat

Achloryda

Penurunan motilitas usus

Penurunan fungsi GI

Konstipasi
Konstipasi
3.
DS : klien mengeluh cepat lelah dan sering tidur larut malam
DO :
-          ADL dibantu oleh keluarag saat mengalami kelelahan seperti makan dan minum, mandi,
-          Konjungtiva anemis
-          K/U : lemah
-          HB : 8gr/dl
-          Kekuatan otot :
          4  4
          4  4
Defisiensi iodium

Penekanan produksi H.Tyroid
(Hypotiroidisme)

Penurunan produksi eritrosit

Kekurangan Vit.12 dan asam folat

Anemia perisiosa

Kelemahan

Intoleransi aktifitas
Intoleransi aktifitas
4.
DS : klien mengeluh ada benjolan dileher
DO : leher teraba benjolan
Defisiensi iodium

Penekanan produksi H.Tyroid
(Hypotiroidisme)

Kompensasi terhadap TSH

Hipertropi anterior


Kelenjar tyroid membesar

Gangguan konsep diri
Gangguan konsep diri

f.       Diagnosa Keperawatan
No.
Diagnosa Keperawatan
Tanggal muncul
Tanggal teratasi
1.
Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan ekspansi paru ditandai dengan
DS : pasien mengeluh sesak 4 hari yang lalu seperti tertekan benda berat dibagian dada skala 8-9 timbul saat bernafas dan beraktifitas, suara parau seminggu yang lalu
DO :
Terdapat Pembesaran di leher
TTV :
-          TD : 90/60 mmHg,
-          Nadi : 68x/menit, 
-          RR : 25x/menit dangkal terdapat wheezing
Pemeriksaan penunjang :
Hasil foto thorax : efusi pleura




2.
Intoleransi aktifitas b.d defisiensi eritrosit ditandai dengan DS : klien mengeluh cepat lelah dan sering tidur larut malam
DO :
-          ADL dibantu oleh keluarag saat mengalami kelelahan seperti makan dan minum, mandi,
-          Konjungtiva anemis
-          K/U : lemah
-          HB : 8gr/dl
-          Kekuatan otot :
4  4
          4  4



3.
Gangguan Eliminasi b.d penurunan fungsi GI ditandai dengan konstipasi
DS : Klien mengeluh belum BAB selama 4 hari yang lalu
DO :
Peristaltik usus : 4x/menit





g.      Intervensi Keperawatan
No
Diagnosa keperawatan
Tujuan
Intervensi keperawatan
Intervensi
Rasional
1
Ketidakefektifan pola napas DS : pasien mengeluh sesak 4 hari yang lalu seperti tertekan benda berat dibagian dada skala 8-9 timbul saat bernafas dan beraktifitas, suara parau seminggu yang lalu
DO :
Terdapat Pembesaran di leher
TTV :
-          TD : 90/60 mmHg,
-          Nadi : 64x/menit, 
-          RR : 25x/menit dangkal terdapat wheezing
Pemeriksaan penunjang :
Hasil foto thorax : efusi pleura


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama1x24 jam diharapkan masalah keperawatan pola napas tidak efektifdapat teratasi.
Kriteria Hasil:
-          Menunjukkan pola napas efektif
-          Frekuensi dan kedalaman dalam keadaan normal
-          Paru-paru jelas bersih
-          Berpartisispasi dalam aktivitas meningkatkan fungsi paru
1.      Berikan O2 sesuai indikasi.

Menurunkan hipoksia yang dapat menyebabkan vasodilatasi serebral dan tekanan darah meningkat/terbentuknya edema.
2.      Posisikan pasien semi fowler
Memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan
3.      Berikan humidifikasi tambahan misalnya : nebulizer ultrasonik
Memberikan kelembapan pada membrane mukosa
4.      Ajarkan teknik nafas dalam dan latihan batuk efektif
Dapat meningkatkan/banyakanya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambahn ketidaknyamanan upaya bernafas
5.      Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas tambahan
Bunyi nafas menurun memandakan adanya obstruksi sekunder
6.      Observasi ulang frekunsi pernafasan, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.
Kecepatan biasanya meningkat. Dispnea meningkatkan kerja nafas


Tidak ada komentar:

Posting Komentar