BAB I
Laporan Pendahuluan Gastritis
1.1 Pengertian
Gastritis
Gastritis merupakan
suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat
akut,kronis,difus atau local. Dua jenis gastritis yang sering terjadi adalah
gastritis superficial akut dan gastritis atrofit kronis (Price
&Wilson,2006)
Gastritis adalah peradangan lambung
baik local atau menyebar pada mukos lambung yang berkembang biak bila mekanisme
protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan (Reeve J.Chariene).
Gastritis adalah inflamasi mukosa
lambung (Kapita Selekta Kedokteran,2001).
Gastritis adalah suatu peradangan
yang terjadi pada mukosa lambung akut dengan kerusakan-kerusakan erosi (Brunner
& Sudarth,2000:1402)
Gastritis merupakan suatu peradangan
mukosa lambung disebabkan oleh kuman helicobacter pylori yang dapat bersifat
akut, kronis difus atau local (Hirlan,2009).
1.2 Etiologi
Gastritis disebabkan
oleh infeksi kuman Helicobacter Pylori dan pada awal infeksi mukosa lambung
yang bersifat dapat menunjuk kan respon inflamasi akut dan jika diabaikan
menjadi kronik (SudoyoAru,dkk:2009).
1.3 Klasifikasi Gastritis
Klasifikasi gastritis (Wim de jong et al:2005)
1.
Gastritis akut
-
Gastritis akut tanda perdarahan
-
Gastritis akut dengan perdarahan )gastritis banyak
atau erosive)
Gastritis akut berasal dari makan terlalu banyak atau cepat , makan makanan
yang terlalu berbumbu atau banyak mengandung mikroorganisme penyebab penyakit,
iritasi bahan semacam alcohol, aspirin NSAID, lisol, serta bahan korosif lain,
refluks empedu atau cairan pancreas.
2.
Gastritis kronis
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus, beningna atau
maligna dari lambung atau leh bakteri helicobacter pillory (h.pylori).
3.
Gastritis bacterial
Gastritis bacterial yang disebut juga
gastritis infektiosa, disebabkan oleh refluk dari duodenum.
1.4 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada gastritis yaitu :
1.
Gastritis akut : nyeri epigastrium, mual, muntah, dan
perdarahan lambung hyperemia dan udem, mungkin juga di temukan erosi dan
perdarahan aktif.
2.
Gastritis kronis : kebanyakan gastritis asimtomatik,
keluhan lebih berkaitan dengan komplikasi gastritis atrofik, seperti tukak
lambung, defisiensi zat besi, anemia persiosa, dan karsinoma lambung.
1.5 Pemeriksaan Penunjang
1.
Pemeriksaan Darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibody H.Pylori dalam darah.
Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri
pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien
tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia
, yang terjadi akibat perdarahan lambung akibat gastritis.
2.
Pemeriksaan pernafasan
Tes ini untuk menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H.pulori
atau tidak.
3.
Pemeriksaan feses
Tes ini memeriksa apakah terdapat H.Pylory dalam feses atau tidak. Hasil
yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
4.
Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini
dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang
mungkin terjadi tapi tidak terlihat dari sinar X.
5.
Ronsen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan
lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum
dilakukan ronsen.
1.6 Penatalaksanaan
1.
Gastritis Akut
Factor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya, diet lambung dengan
porsi kecil dan sering. Obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam
lambung berupa antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton, anti kiolinergik
dan antacid juga ditujukan sebagai sifoprotektor.
Penatalaksanaan sebaiknya meliputi pencegahan terhadap setiap pasien dengan
resiko tinggi, pengobatan terhadap penyakit yang mendasari dan menghentikan
obat yang dapat menjadi penyebab, serta dengan pengobatan suportif.
Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian antasida dan antagonis H2
sehingga mencapai pH lambung 4. Meskipun hasilnya masih jadi perdebatan tetapi
pada umumnya tetap dianjurkan pencegahan ini terutama bagi pasien yang
menderita penyakit dengan keadaan klinis yang berat
Penatalaksananaan medical untuk gastritis akut di lakukan dengan
menghindari alcohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila gejala menetap,
diperlukan cairan intravena. Bila terdapat perdarahan, penatalaksanaan serupa
dengan pada hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis terjadi
karena alkali kuat, gunakan jus karena adanya bahaya perforasi.
2.
Gastritis kronis
Factor utama dintandai dengan kondisi progresif epitel kelenjar disertai
sel parietal dan chief cell. Dinding lambung menjadi tipis dan mukosa mempunyai
permukaan yang rata, gastritis kronis ini digolongkan menjadi dua kategori tipe
A(Altrofik atau Fundal ) dan tipe B (Antral)
Gastritis kronis tipe A disebut juga gastritis altrofik atau fundal karena
gastritis terjadi pada bagian fundus lambung. Gastritis kronis tipe A merupakan
suatu penyakit autoimun yang disebabkan oleh adanya antibody terhadap sel
parietal dan chief cell dapat menurunkan sekresi asam dan menyebabkan tingginya
kadar gastrin.
Gastrin kronis tipe B disebut sebagai gastritis antral karena umumnya
mengenai daerah antrum lambung dan lebih sering terjadi dibandingkan dengan
gastritis kronis tipe A. penyebab utama gastritis tipe B adalah infeksi kronis
oleh helicobater pylori. Factor etiologi lainyya adalah asupan alcohol yang
berlebihan, merokok dan refluks yang dapat mencetuskan terjdinya ulkus peptikum
dan karsinoma.
Pengobatan gastritis kronis bervariasi, tergantung pada penyakit yang
dicurigai. Bila terdapat ulkus duodenum, dapat diberikan antibiotic untuk
membatasi Helicobacter Pulory. Namun demikian lesi tidak selalu muncul dengan
gastritis kronis. Alcohol dan obat yang diketahui mengiritasi lambung harus
dihindari. Bila terjadi anemia defisiensi besi (yang disebabkan oleh prdarahan
kronis), maka penyakit ini harus diobati. Pada anemia persiosa harus diberikan
pengobatan vitamin B12 dan terapi yang sesuai. Gastritis kronis diatasi dengan
memodifikasi diet dan menignkatkan istirahat serta memulai farmakoterapi.
Helicobacter Pylory dapat diatasi dengan antibiotic (seperti tetrasiklin atau
amoxcilin) dan garam bismuth (peptobismol). Pasien dengan gastritis tipe A
biasanya mengalami absorbs vitamin B12.
1.7 Disarge
Planning
1.
Hindari minuman alcohol karena dapat mengiritasi
lambung sehingga terjadi inflamasi dan perdarahan
2.
Hindari merokok karena dapat mengganggu lapisan
dinding lambung sehingga lambung lebih mudah mengalami gastritis dan tukak
(ulkus). Dan rokok dapat meningkatkan asam lambung dan memperlambat penyembuhan
tukak.
3.
Atasi stress sedini mungkin
4.
Makan makanan yang kaya akan buah dan sayur. Namun
hundari sayur dan buah yang bersifat asam (missal : jeruk, lemon,grape fruit,
nanas, tomat).
5.
Jangan berbaring setelah makan untuk menghindari
refluks (aliran balik) asam lambung.
6.
Berolahraga teratur untuk memabntu mempercepat aliran
makanan melalui usus.
7.
Bila perut mudah mengalamai kembung (banyak gas) untuk
sementarsa waktu kurangi konsumsi makanan tinggi serat.
8.
Makan dalam porsi sedang (tidak banyak) tetapi sering,
berupa makanan lemak dan rendah lemak. Makanlah secara perlahan.
1.8 Patofisiologi
|
|
BAB 2
KASUS DAN
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Kasus
Seorang laki-laki berusia 65 tahun datang ke RS pada
tanggal 2 februari 2016 dengan keluhan sakit dibagian ulu hati 4 hari yang lalu
seperti ditusuk-tusuk skala 9-10 timbul saat makan, nafsu makan berkurang sejak
4 hari yang lalu, 1 porsi hanya habis ½ porsi disertai muntah banyak sekali
kurang lebih 5 kali muntah dalam sehari disertai demam, kedinginan. Sebelumnya
pasien makan soto ditambah dengan sambal 5 sendok, klien sudah dibawa berobat
ke puskesmas dan dirujuk ke RS. Klien mengatakan pernah mengalami nyeri ulu
hati 2 tahun yang lalu dan pernah dirawat di RS 1 tahun yang lalu dengan
keluhan yang sama. 2 bulan terakhir pasien kembali melakukan kebiasaan lama,
pasien suka makan pedas dan minum kopi 2 kali sehari. Klien terlihat gelisah
dan sering menyanyakan keadaannya, karena keadaan yang dialami sekarang
sepertinya bertambah parah dari keadaan saat opname 1tahun yang lalu
Hasil pemeriksaan fisik tgl 2 februari 2016 TD :
140/80 mmHg, N : 96x/menit, RR : 25x/menit, terdapat nyeri tekan pada kuadaran
kiri atas dan daerah dibawah prosesus xifoideus, S : 38,5ºC
Hasil laboratorium tgl 2 Februari 2016 :
Darah
|
Urin
|
Tinja
|
Hb = 11,5 gr %
Leukosit = 8,1 / mm3
LED = 35 mm / jam
Ht = 40 %
|
Warana = kuning
Reduksi = Negatif
Protein = negative
Bilerubin = negatif
|
Warna = kuning
Konsistensi= setengah padat
Eritrosit= 1-2 // pb
Leukosit = 0-1 // pb
|
Terapi :
-
Infuse Rl 20
tpm
-
Lansoprazol
2x3mg
-
Grohabion
50001x1
-
Diet M2
-
M II
-
Infus kaen 3A/3B
2O tts/mnit
-
Ranitidin 1
amp/inj
-
Ulsidex 3x1mg
-
Metolon 3x1mg
-
Alprazole
1x0,5g
2.2 Asuhan
Keperawatan
2.2.1
Keluhan Utama : klien mengatakan nyeri pada ulu hati
2.2.2
Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang
laki-laki berusia 65 tahun datang ke RS pada tanggal 2 februari 2016 dengan
keluhan sakit dibagian ulu hati 4 hari yang lalu seperti ditusuk-tusuk skala
9-10 timbul saat makan, nafsu makan berkurang sejak 4 hari yang lalu, 1 porsi
hanya habis ½ porsi disertai muntah banyak sekali kurang lebih 5 kali muntah
dalam sehari. Sebelumnya pasien makan soto ditambah dengan sambal 5 sendok,
klien sudah dibawa berobat ke puskesmas dan dirujuk ke RS.
2.2.3
Riwayan Kesehatan Dahulu
Klien
mengatakan pernah mengalami nyeri ulu hati 2 tahun yang lalu dan pernah dirawat
di RS 1 tahun yang lalu dengan keluhan yang sama. 2 bulan terakhir pasien
kembali melakukan kebiasaan lama, pasien suka makan pedas dan minum kopi 2 kali
sehari.
2.2.4
Pemeriksaan
Fisik
2.2.4.1 B1 (Breathing)
a.
Inspeksi :
o Bentuk dada
: normal, diameter anterior posterior dalam proporsi terhadap diameter lateral
1:2
o Gerakan
dinding dada dextra dan sinistra simetris
o Frekunsi
pernafasan : 25x/menit
o Tidak
terdapat lesi dan kemerahan dipermukaan kulit
b.
Palpasi
o Tidak
terdapat nyeri tekan dibagian dada
o Tidak
terdapat emfisema subkutis
o Ekspansi
dada anterior posterior terangkat, bergerak bebas sesuai dengan irama
pernafasan
o Taktil
fremitus : bunyi dinding dada terdengar
c.
Perkusi
o Anterior dan
posterior terdengar bunyi sonor
d. Auskultasi
o Anterior
thorax terdengar bunyi vasikuler diseluruh bidang paru kecuali sternum
o Terdengar
bunyi bronchial di atas trachea
o Tidak
terdengar bunyi nafas tambahan
2.2.4.2
B2(Blood)
a. Inspeksi
o Tidak
terdapat jaringan parut yang menandakan adanya luka post op pembedahan jantung
o Terlihta
denyut apex pada ICS 5 1cm dari MCL
o Irama
jantung : 96x.menit, regular
b. Palpasi
o Tidak
terdapat peningkatan JVP
o Tidak
terdapat thrill
o Tekanan
darah : 140/80mmHg
c. Perkusi
o Tidak
terdapat pembesaran jantung
o Suara
dullness pada area jantung
d. Auskultasi
o BJ 1 :
terdengar
o BJ 2 :
terdengar
o S1 :
terdengar keras
o S2 :
menegras
o S3 :-
2.2.4.3 B3(Brain)
a. Pemeriksaaan
kepala dan leher
o Bentuk
kepala : simetris
o Rambut
beruban, penyebaran tidak merata, keadaan kulit kepala tampak bersih, tidak ada
luka/massa.
b. Pemeriksaan
raut muka
o Bentuk muka
: bulat
o Ekpresi
wajah tampak kesakitan
o Muka pucat
c. Pemeriksaan
bibir
o Mukosa bibir
kering
d. Pemeriksaan
neurosensori
o Kesadaran :
composmentis
o Keadaan umum
: lemah
o GCS : E:4 V:5
M:6
e. Pemeriksaan
Saraf Cranial
o Saraf 1 (Olfaktorius
Nerve)
§ Pasien dapat
membedakan aroma kopi dan the
o Saraf II
(Optikus Nerve)
§ Penglihatan
6/100
o
Saraf III,IV,VI (Okulomotorius nerve,Toklearis Nerve,
dan Abdusen Nerve)
§ Gerakan
palpebra : normal, dapat memejamkan mata dan membuka mata
§ Pupil :
isokor, reflek terhadap cahaya, diameter kanan dan kiri ±3mm
o
Saraf V (Trigeminus Nerve)
§ Fungsi
motorik nerve trigemiinus : otot-otot dapat berkorrdinasi saat mengunyah
o
Saraf VII (Faciaslis Nerve)
§ Inspeksi
wajah : simetis
§ Nampak
kesakitan
o
Saraf VIII (Vestibulokoklearis Nerve)
§ Pendengaran
: dapat mendengar dengan baik
§ Fungsi
vestibular : berdiri tegak dan berjalan seimbang
o
Saraf IX dan XI
(Glasofaringus Nerve dan Vagus Nerve)
§ Mechanisme
menelan : proses menelan normal tidak ada nyeri telan
o
Saraf XI (Aksesorius Nerve)
§ Inspeksi
fungsi otot : otot sternokleidostoideus dan otot trapedius berfungsi normal
o
Saraf XII(Hipoglosus Nerve)
§ Lidah :
simetris, dapat bergerak dapat mengucapkan artikulasi dengan jelas.
2.2.4.4
B4 (Bladder)
a.
Inspeksi
§ Tidak
terpasang kateter
§ Urine :
berwarna kuning kecoklatan, ±1500cc/hari
§ Tidak
terdapat distensi kandung kemih
b.
Palpasi :
§ Tidak
terdapat nyeri tekan di daerah pubica
2.2.4.5
B5 (Bowel)
a.
Inspeksi :
§ Perut datar
, tidak ada lesi. Warna kulit sama dengan sekitarnya
§ Rongga mulut
: tidak ada lesi
§ Tidak
terpasang NGT
§ Tidak nafsu
makan, mual, porsi makan hanya ½ porsi
§ Muntah
banyak sekali kurang lebih 5 kali sehari
b.
Palpasi : terdapat nyeri
tekan abdomen kuadran kiri atas dan di prosesus xifoideus
c.
Perkusi : tympani diseluruh
area abdomen
d.
Auskultasi : bising usus
8x/menit
2.2.5
Analisa Data
No.
|
Data
|
Etiologi
|
Problem
|
1.
|
DS : Klien
menagatakan sakit dibagian ulu hati 4 hari yang lalu seperti ditusuk-tusuk
skala 9-10 timbul saat makan
DO : wajah
klien tampak kesakitan
Nyeri
tekan pada abdomen
TTV :
N :
96x/menit
RR: 25x/Menit
|
Makan
pedas,Kafein
Gastrin
ECL
Release
histamine
Parietal
sel sekresi lambung
Peradangan
mukosa lambung
Edema
dan hiperemik
Merangsang
reseptor nyeri
Merangsang
thalamus
Nyeri
dipersepsikan di Cortex cerebri
Nyeri epigastrium
|
Gangguan Rasa Nyaman Nyeri
|
2.
|
DS : klien
mengatakan nafsu makan berkurang
Keluarga
mengatakan klien jika makan 1 porsi hanya habis ½ porsi
DO :
·
KU:lemah
·
Mukosa bibir kering
·
Porsi makan tidak habis
·
Muntah banyak sekali (5 kali dalam sehari)
·
HB : 11,2 gr%
|
Makan
pedas,Kafein
Gastrin
ECL
Release
histamine
Parietal
sel sekresi lambung
Peradangan
mukosa lambung
Edema
dan hiperemik
Merangsang nervus vagus
Mual
Muntah
|
Gangguan Pemebuhan Kebutuhan Nutrisi
|
DS : klien
mengatakan badan terasa menggigil
DO :
Suhu :
38,5ºC
|
Makan
pedas,Kafein
Gastrin
ECL
Release
histamine
Parietal
sel sekresi lambung
Peradangan
mukosa lambung
Edema
dan hiperemik
Mempengaruhi
set point pada hipotalamus
Demam
|
Hipertermi
|
|
DS : Klien
sering bertanya tentang keadaanya
DO : klien
terlihat gelisah
|
Keadaan fisik
yang lemah
Stressor
Cemas
|
Kecemasan
|
2.2.6
Diagnosa
Keperawatan
No.
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tanggal
Muncul
|
Tanggal
teratasi
|
1.
|
Gangguan rasa
nyaman nyeri b.d adanya peradangan pada mukosa lambung, ditandai dengan
DS : Klien
menagatakan sakit dibagian ulu hati 4 hari yang lalu seperti ditusuk-tusuk
skala 9-10 timbul saat makan
DO : wajah klien tampak kesakitan
TTV :
N : 96x/menit
RR: 25x/Menit
|
2 Februari 2016
|
2 februari 2016
|
2.
|
Gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi b.d intake yang tidak adekuat ditandai dengan
DS : klien mengatakan nafsu makan berkurang
Keluarga mengatakan klien jika makan 1 porsi hanya
habis ½ porsi
DO :
·
KU:lemah
·
Mukosa bibir kering
·
Porsi makan tidak habis
·
Muntah banyak sekali (5 kali dalam sehari)
HB : 11,2 gr%
|
2 Februari 2016
|
2 Februari 2016
|
3.
|
Hipertermi bd.d
peradangan pada mukosa lambung ditandai dengan
DS : klien mengatakan badan terasa menggigil
DO :
Suhu : 38,5ºC
|
2 Februari 2016
|
2 Februari 2016
|
4.
|
Cemas b.d kondisi fisik yang lemah ditandai
dengan
DS : Klien
sering bertanya tentang keadaanya
DO : klien
terlihat gelisah
|
2 Februari 2016
|
2 Februari 2016
|
2.2.7
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan
dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
Gangguan rasa
nyaman nyeri b.d adanya peradangan pada mukosa lambung, ditandai dengan
DS : Klien
menagatakan sakit dibagian ulu hati 4 hari yang lalu seperti ditusuk-tusuk
skala 9-10 timbul saat makan
DO : wajah klien tampak kesakitan
TTV :
N : 96x/menit
RR: 25x/Menit
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x60 menit pasien
mampu mengontrol nyeri
Dengan Kriteria hasil :
·
Mengungkapkan
rasa nyeri berkurang skala nyeri berkurang menjadi 4-5 (nyeri sedang)
·
Mampu
mengidentifikasi nyeri (penyebab, lokasi)
·
Mampu
mengenali nyeri (skala,intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
·
Mengungkapkan
rasa nyaman
·
Tanda-tanda
vital dalam rentang normal
|
1. Lakukan pengkajian nyeri ulang secara
komprehensif
|
Sebagai data dasar untuk mengevaluasi
kefetifan tindakan mengurangi nyeri
|
2. Observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan
|
Memastikan letak nyeri
|
||
3. Evaluasi pengalaman nyeri masa lalu
|
Kekuatan pasien dalam mengatasi nyeri
|
||
4. Gunakan tekhnik komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien
|
Membandingkan tingkat tahanan terhdap nyeri masa lalu dengan
sekarang, pemberian dosis obat
|
||
5. Ajarkan teknikm relaksasi
|
Mengurangi ketegangan otot-otot, menciptakan perasaan rileks
|
||
6. Evaluasi kefektifan control nyeri
|
Sebagai acuan tindakan keperawatan
|
||
7. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
|
Menentukan dosis obat
|
||
8. Cek intruksi dokter tentang jenis obat,
dosis dan frekuensi
|
Mencegah terjadinya kesalahan dalam prinsip 6 B
|
||
9. Cek riwayat alergi
|
Menentukan pemberian obat
|
||
10. Tentukan pilihan naalgesik tergantung tipe
dan berat nyeri
|
Efektifitas penaganan nyeri
|
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gastritis
adalah suatu proses peradangan pad mukosa lambung dan submukosa lambung yang
secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang
pada daerah tersebut. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi
terbentuk dari berbagai kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan
pada lambung. Biasanya peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh
bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung
yaitu Helicobacter Pylori.
4.2 Saran
Guna penyempurnaan makalah ini kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari Dosen Pembimb ing berserta
teman-teman kelompok lain.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arjatmo, Tjokro
Negoro, Ph. D, Sp, dkk, (2001), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi III,
FKUI, Jakarta.
2. Arif Mansjoer,
(2001), Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Edisi III, Aesculapius,
FKUI, Jakarta.
3. Brunner &
Suddarth, (1997), Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8.
4. http:///dez’s-block.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar