Senin, 25 April 2016

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Gastritis


BAB I
Laporan Pendahuluan Gastritis
1.1  Pengertian Gastritis
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut,kronis,difus atau local. Dua jenis gastritis yang sering terjadi adalah gastritis superficial akut dan gastritis atrofit kronis (Price &Wilson,2006)
Gastritis adalah peradangan lambung baik local atau menyebar pada mukos lambung yang berkembang biak bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan (Reeve J.Chariene).
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung (Kapita Selekta Kedokteran,2001).
Gastritis adalah suatu peradangan yang terjadi pada mukosa lambung akut dengan kerusakan-kerusakan erosi (Brunner & Sudarth,2000:1402)
Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung disebabkan oleh kuman helicobacter pylori yang dapat bersifat akut, kronis difus atau local (Hirlan,2009).
1.2  Etiologi
Gastritis disebabkan oleh infeksi kuman Helicobacter Pylori dan pada awal infeksi mukosa lambung yang bersifat dapat menunjuk kan respon inflamasi akut dan jika diabaikan menjadi kronik (SudoyoAru,dkk:2009).

1.3  Klasifikasi Gastritis
Klasifikasi gastritis (Wim de jong et al:2005)
1.      Gastritis akut
-          Gastritis akut tanda perdarahan
-          Gastritis akut dengan perdarahan )gastritis banyak atau erosive)
Gastritis akut berasal dari makan terlalu banyak atau cepat , makan makanan yang terlalu berbumbu atau banyak mengandung mikroorganisme penyebab penyakit, iritasi bahan semacam alcohol, aspirin NSAID, lisol, serta bahan korosif lain, refluks empedu atau cairan pancreas.
2.      Gastritis kronis
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus, beningna atau maligna dari lambung atau leh bakteri helicobacter pillory (h.pylori).
3.      Gastritis bacterial
Gastritis bacterial yang disebut juga  gastritis infektiosa, disebabkan oleh refluk dari duodenum.

1.4  Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada gastritis yaitu :
1.      Gastritis akut : nyeri epigastrium, mual, muntah, dan perdarahan lambung hyperemia dan udem, mungkin juga di temukan erosi dan perdarahan aktif.
2.      Gastritis kronis : kebanyakan gastritis asimtomatik, keluhan lebih berkaitan dengan komplikasi gastritis atrofik, seperti tukak lambung, defisiensi zat besi, anemia persiosa, dan karsinoma lambung.

1.5  Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan Darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibody H.Pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia , yang terjadi akibat perdarahan lambung akibat gastritis.
2.      Pemeriksaan pernafasan
Tes ini untuk menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H.pulori atau tidak.
3.      Pemeriksaan feses
Tes ini memeriksa apakah terdapat H.Pylory dalam feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
4.      Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin terjadi tapi tidak terlihat dari sinar X.
5.      Ronsen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen.
1.6  Penatalaksanaan
1.      Gastritis Akut
Factor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering. Obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam lambung berupa antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton, anti kiolinergik dan antacid juga ditujukan sebagai sifoprotektor.
Penatalaksanaan sebaiknya meliputi pencegahan terhadap setiap pasien dengan resiko tinggi, pengobatan terhadap penyakit yang mendasari dan menghentikan obat yang dapat menjadi penyebab, serta dengan pengobatan suportif.
Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian antasida dan antagonis H2 sehingga mencapai pH lambung 4. Meskipun hasilnya masih jadi perdebatan tetapi pada umumnya tetap dianjurkan pencegahan ini terutama bagi pasien yang menderita penyakit dengan keadaan klinis yang berat
Penatalaksananaan medical untuk gastritis akut di lakukan dengan menghindari alcohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila gejala menetap, diperlukan cairan intravena. Bila terdapat perdarahan, penatalaksanaan serupa dengan pada hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis terjadi karena alkali kuat, gunakan jus karena adanya bahaya perforasi.
2.      Gastritis kronis
Factor utama dintandai dengan kondisi progresif epitel kelenjar disertai sel parietal dan chief cell. Dinding lambung menjadi tipis dan mukosa mempunyai permukaan yang rata, gastritis kronis ini digolongkan menjadi dua kategori tipe A(Altrofik atau Fundal ) dan tipe B (Antral)
Gastritis kronis tipe A disebut juga gastritis altrofik atau fundal karena gastritis terjadi pada bagian fundus lambung. Gastritis kronis tipe A merupakan suatu penyakit autoimun yang disebabkan oleh adanya antibody terhadap sel parietal dan chief cell dapat menurunkan sekresi asam dan menyebabkan tingginya kadar gastrin.
Gastrin kronis tipe B disebut sebagai gastritis antral karena umumnya mengenai daerah antrum lambung dan lebih sering terjadi dibandingkan dengan gastritis kronis tipe A. penyebab utama gastritis tipe B adalah infeksi kronis oleh helicobater pylori. Factor etiologi lainyya adalah asupan alcohol yang berlebihan, merokok dan refluks yang dapat mencetuskan terjdinya ulkus peptikum dan karsinoma.
Pengobatan gastritis kronis bervariasi, tergantung pada penyakit yang dicurigai. Bila terdapat ulkus duodenum, dapat diberikan antibiotic untuk membatasi Helicobacter Pulory. Namun demikian lesi tidak selalu muncul dengan gastritis kronis. Alcohol dan obat yang diketahui mengiritasi lambung harus dihindari. Bila terjadi anemia defisiensi besi (yang disebabkan oleh prdarahan kronis), maka penyakit ini harus diobati. Pada anemia persiosa harus diberikan pengobatan vitamin B12 dan terapi yang sesuai. Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet dan menignkatkan istirahat serta memulai farmakoterapi. Helicobacter Pylory dapat diatasi dengan antibiotic (seperti tetrasiklin atau amoxcilin) dan garam bismuth (peptobismol). Pasien dengan gastritis tipe A biasanya mengalami absorbs vitamin B12.

1.7  Disarge Planning
1.      Hindari minuman alcohol karena dapat mengiritasi lambung sehingga terjadi inflamasi dan perdarahan
2.      Hindari merokok karena dapat mengganggu lapisan dinding lambung sehingga lambung lebih mudah mengalami gastritis dan tukak (ulkus). Dan rokok dapat meningkatkan asam lambung dan memperlambat penyembuhan tukak.
3.      Atasi stress sedini mungkin
4.      Makan makanan yang kaya akan buah dan sayur. Namun hundari sayur dan buah yang bersifat asam (missal : jeruk, lemon,grape fruit, nanas, tomat).
5.      Jangan berbaring setelah makan untuk menghindari refluks (aliran balik) asam lambung.
6.      Berolahraga teratur untuk memabntu mempercepat aliran makanan melalui usus.
7.      Bila perut mudah mengalamai kembung (banyak gas) untuk sementarsa waktu kurangi konsumsi makanan tinggi serat.
8.      Makan dalam porsi sedang (tidak banyak) tetapi sering, berupa makanan lemak dan rendah lemak. Makanlah secara perlahan.


1.8  Patofisiologi
Alcohol,obat-obatan,NSAID,aspirin,sulfanomida,digitalis
 
                                                           





                                                                                                                                             













                                                                             
Nyeri dipersepsikan di cotex cerebri
 
                                   




                         



BAB 2
KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN
2.1  Kasus
Seorang laki-laki berusia 65 tahun datang ke RS pada tanggal 2 februari 2016 dengan keluhan sakit dibagian ulu hati 4 hari yang lalu seperti ditusuk-tusuk skala 9-10 timbul saat makan, nafsu makan berkurang sejak 4 hari yang lalu, 1 porsi hanya habis ½ porsi disertai muntah banyak sekali kurang lebih 5 kali muntah dalam sehari disertai demam, kedinginan. Sebelumnya pasien makan soto ditambah dengan sambal 5 sendok, klien sudah dibawa berobat ke puskesmas dan dirujuk ke RS. Klien mengatakan pernah mengalami nyeri ulu hati 2 tahun yang lalu dan pernah dirawat di RS 1 tahun yang lalu dengan keluhan yang sama. 2 bulan terakhir pasien kembali melakukan kebiasaan lama, pasien suka makan pedas dan minum kopi 2 kali sehari. Klien terlihat gelisah dan sering menyanyakan keadaannya, karena keadaan yang dialami sekarang sepertinya bertambah parah dari keadaan saat opname 1tahun  yang lalu
Hasil pemeriksaan fisik tgl 2 februari 2016 TD : 140/80 mmHg, N : 96x/menit, RR : 25x/menit, terdapat nyeri tekan pada kuadaran kiri atas dan daerah dibawah prosesus xifoideus, S : 38,5ºC
Hasil laboratorium tgl 2 Februari 2016 :
Darah
Urin
Tinja
Hb  = 11,5 gr %
Leukosit = 8,1 / mm3
LED = 35 mm / jam
Ht = 40 %
Warana = kuning
Reduksi = Negatif
Protein = negative
Bilerubin = negatif
Warna = kuning
Konsistensi= setengah padat
Eritrosit= 1-2 // pb
Leukosit = 0-1 // pb
Terapi :
-        Infuse Rl 20 tpm
-        Lansoprazol 2x3mg
-        Grohabion 50001x1
-        Diet M2
-        M II
-        Infus kaen 3A/3B 2O tts/mnit
-        Ranitidin 1 amp/inj
-        Ulsidex 3x1mg
-        Metolon 3x1mg
-        Alprazole 1x0,5g
2.2  Asuhan Keperawatan
2.2.1        Keluhan Utama : klien mengatakan nyeri pada ulu hati
2.2.2        Riwayat Penyakit Sekarang
    Seorang laki-laki berusia 65 tahun datang ke RS pada tanggal 2 februari 2016 dengan keluhan sakit dibagian ulu hati 4 hari yang lalu seperti ditusuk-tusuk skala 9-10 timbul saat makan, nafsu makan berkurang sejak 4 hari yang lalu, 1 porsi hanya habis ½ porsi disertai muntah banyak sekali kurang lebih 5 kali muntah dalam sehari. Sebelumnya pasien makan soto ditambah dengan sambal 5 sendok, klien sudah dibawa berobat ke puskesmas dan dirujuk ke RS.
2.2.3        Riwayan Kesehatan Dahulu
          Klien mengatakan pernah mengalami nyeri ulu hati 2 tahun yang lalu dan pernah dirawat di RS 1 tahun yang lalu dengan keluhan yang sama. 2 bulan terakhir pasien kembali melakukan kebiasaan lama, pasien suka makan pedas dan minum kopi 2 kali sehari.
2.2.4        Pemeriksaan Fisik
2.2.4.1  B1 (Breathing)
a.   Inspeksi :
o   Bentuk dada : normal, diameter anterior posterior dalam proporsi terhadap diameter lateral 1:2
o   Gerakan dinding dada dextra dan sinistra simetris
o   Frekunsi pernafasan : 25x/menit
o   Tidak terdapat lesi dan kemerahan dipermukaan kulit
b.   Palpasi
o   Tidak terdapat nyeri tekan dibagian dada
o   Tidak terdapat emfisema subkutis
o   Ekspansi dada anterior posterior terangkat, bergerak bebas sesuai dengan irama pernafasan
o   Taktil fremitus : bunyi dinding dada terdengar
c.   Perkusi
o   Anterior dan posterior terdengar bunyi sonor
d.  Auskultasi
o   Anterior thorax terdengar bunyi vasikuler diseluruh bidang paru kecuali sternum
o   Terdengar bunyi bronchial di atas trachea
o   Tidak terdengar bunyi nafas tambahan
2.2.4.2  B2(Blood)
a.   Inspeksi
o   Tidak terdapat jaringan parut yang menandakan adanya luka post op pembedahan jantung
o   Terlihta denyut apex pada ICS 5 1cm dari MCL
o   Irama jantung : 96x.menit, regular
b.   Palpasi
o   Tidak terdapat peningkatan JVP
o   Tidak terdapat thrill
o   Tekanan darah : 140/80mmHg
c.   Perkusi
o   Tidak terdapat pembesaran jantung
o   Suara dullness pada area jantung
d.  Auskultasi
o   BJ 1 : terdengar
o   BJ 2 : terdengar
o   S1 : terdengar keras
o   S2 : menegras
o   S3 :-
2.2.4.3  B3(Brain)
a.   Pemeriksaaan kepala dan leher
o   Bentuk kepala : simetris
o   Rambut beruban, penyebaran tidak merata, keadaan kulit kepala tampak bersih, tidak ada luka/massa.
b.   Pemeriksaan raut muka
o   Bentuk muka : bulat
o   Ekpresi wajah tampak kesakitan
o   Muka pucat
c.   Pemeriksaan bibir
o   Mukosa bibir kering
d.  Pemeriksaan neurosensori
o   Kesadaran : composmentis
o   Keadaan umum : lemah
o   GCS : E:4 V:5 M:6
e.   Pemeriksaan Saraf Cranial
o   Saraf 1 (Olfaktorius Nerve)
§  Pasien dapat membedakan aroma kopi dan the
o   Saraf II (Optikus Nerve)
§  Penglihatan 6/100
o  Saraf III,IV,VI (Okulomotorius nerve,Toklearis Nerve, dan Abdusen Nerve)
§  Gerakan palpebra : normal, dapat memejamkan mata dan membuka mata
§  Pupil : isokor, reflek terhadap cahaya, diameter kanan dan kiri ±3mm
o  Saraf V (Trigeminus Nerve)
§  Fungsi motorik nerve trigemiinus : otot-otot dapat berkorrdinasi saat mengunyah
o  Saraf VII (Faciaslis Nerve)
§  Inspeksi wajah : simetis
§  Nampak kesakitan
o  Saraf VIII (Vestibulokoklearis Nerve)
§  Pendengaran : dapat mendengar dengan baik
§  Fungsi vestibular : berdiri tegak dan berjalan seimbang
o  Saraf IX  dan XI (Glasofaringus Nerve dan Vagus Nerve)
§  Mechanisme menelan : proses menelan normal tidak ada nyeri telan
o  Saraf XI (Aksesorius Nerve)
§  Inspeksi fungsi otot : otot sternokleidostoideus dan otot trapedius berfungsi normal
o  Saraf XII(Hipoglosus Nerve)
§  Lidah : simetris, dapat bergerak dapat mengucapkan artikulasi dengan jelas.

2.2.4.4  B4 (Bladder)
a.   Inspeksi
§  Tidak terpasang kateter
§  Urine : berwarna kuning kecoklatan, ±1500cc/hari
§  Tidak terdapat distensi kandung kemih
b.   Palpasi :
§  Tidak terdapat nyeri tekan di daerah pubica
2.2.4.5  B5 (Bowel)
a.    Inspeksi :
§  Perut datar , tidak ada lesi. Warna kulit sama dengan sekitarnya
§  Rongga mulut : tidak ada lesi
§  Tidak terpasang NGT
§  Tidak nafsu makan, mual, porsi makan hanya ½ porsi
§  Muntah banyak sekali kurang lebih 5 kali sehari
b.    Palpasi : terdapat nyeri tekan abdomen kuadran kiri atas dan di prosesus xifoideus
c.    Perkusi : tympani diseluruh area abdomen
d.   Auskultasi : bising usus 8x/menit




2.2.5        Analisa Data
No.
Data
Etiologi 
Problem
1.
DS : Klien menagatakan sakit dibagian ulu hati 4 hari yang lalu seperti ditusuk-tusuk skala 9-10 timbul saat makan
DO : wajah klien tampak kesakitan
Nyeri tekan pada abdomen
TTV :
N : 96x/menit
RR: 25x/Menit
Makan pedas,Kafein
Gastrin
ECL
Release histamine
Parietal sel sekresi lambung
Peradangan mukosa lambung
Edema dan hiperemik
Merangsang reseptor nyeri
Merangsang thalamus
Nyeri dipersepsikan di Cortex cerebri
Nyeri epigastrium

Gangguan Rasa Nyaman Nyeri
2.
DS : klien mengatakan nafsu makan berkurang
Keluarga mengatakan klien jika makan 1 porsi hanya habis ½ porsi
DO :
·         KU:lemah
·         Mukosa bibir kering
·         Porsi makan tidak habis
·         Muntah banyak sekali (5 kali dalam sehari)
·         HB : 11,2 gr%
Makan pedas,Kafein
Gastrin
ECL
Release histamine
Parietal sel sekresi lambung
Peradangan mukosa lambung
Edema dan hiperemik
Merangsang nervus vagus
Mual
Muntah
Gangguan Pemebuhan Kebutuhan Nutrisi

DS : klien mengatakan badan terasa menggigil
DO :
Suhu : 38,5ºC
Makan pedas,Kafein
Gastrin
ECL
Release histamine
Parietal sel sekresi lambung
Peradangan mukosa lambung
Edema dan hiperemik
Mempengaruhi set point pada hipotalamus
Demam
Hipertermi

DS : Klien sering bertanya tentang keadaanya
DO : klien terlihat gelisah
Keadaan fisik yang lemah
Stressor
Cemas
Kecemasan

2.2.6        Diagnosa Keperawatan
No.
Diagnosa Keperawatan
Tanggal Muncul
Tanggal teratasi
1.
Gangguan rasa nyaman nyeri b.d adanya peradangan pada mukosa lambung, ditandai dengan
DS : Klien menagatakan sakit dibagian ulu hati 4 hari yang lalu seperti ditusuk-tusuk skala 9-10 timbul saat makan
DO : wajah klien tampak kesakitan
TTV :
N : 96x/menit
RR: 25x/Menit

2 Februari 2016
2 februari 2016
2.
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b.d intake yang tidak adekuat ditandai dengan
DS : klien mengatakan nafsu makan berkurang
Keluarga mengatakan klien jika makan 1 porsi hanya habis ½ porsi
DO :
·         KU:lemah
·         Mukosa bibir kering
·         Porsi makan tidak habis
·         Muntah banyak sekali (5 kali dalam sehari)
HB : 11,2 gr%
2 Februari 2016
2 Februari 2016
3.       
Hipertermi bd.d peradangan pada mukosa lambung ditandai dengan
DS : klien mengatakan badan terasa menggigil
DO :
Suhu : 38,5ºC

2 Februari 2016
2 Februari 2016
4.       
Cemas b.d kondisi fisik yang lemah ditandai dengan
DS : Klien sering bertanya tentang keadaanya
DO : klien terlihat gelisah
2 Februari 2016
2 Februari 2016

2.2.7        Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Gangguan rasa nyaman nyeri b.d adanya peradangan pada mukosa lambung, ditandai dengan
DS : Klien menagatakan sakit dibagian ulu hati 4 hari yang lalu seperti ditusuk-tusuk skala 9-10 timbul saat makan
DO : wajah klien tampak kesakitan
TTV :
N : 96x/menit
RR: 25x/Menit

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x60 menit pasien mampu mengontrol nyeri
Dengan Kriteria hasil :
·         Mengungkapkan rasa nyeri berkurang skala nyeri berkurang menjadi 4-5 (nyeri sedang)
·         Mampu mengidentifikasi nyeri (penyebab, lokasi)
·         Mampu mengenali nyeri (skala,intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
·         Mengungkapkan rasa nyaman
·         Tanda-tanda vital dalam rentang normal
1.      Lakukan pengkajian nyeri ulang secara komprehensif
Sebagai data dasar untuk mengevaluasi kefetifan tindakan mengurangi nyeri
2.      Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
Memastikan letak nyeri
3.      Evaluasi pengalaman nyeri masa lalu
Kekuatan pasien dalam mengatasi nyeri
4.      Gunakan tekhnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
Membandingkan tingkat tahanan terhdap nyeri masa lalu dengan sekarang, pemberian dosis obat
5.      Ajarkan teknikm relaksasi
Mengurangi ketegangan otot-otot, menciptakan perasaan rileks
6.      Evaluasi kefektifan control nyeri
Sebagai acuan tindakan keperawatan
7.      Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri
Menentukan dosis obat
8.      Cek intruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi
Mencegah terjadinya kesalahan dalam prinsip 6 B
9.      Cek riwayat alergi
Menentukan pemberian obat
10.  Tentukan pilihan naalgesik tergantung tipe dan berat nyeri
Efektifitas penaganan nyeri













BAB 4
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
     Gastritis adalah suatu proses peradangan pad mukosa lambung dan submukosa lambung yang secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari berbagai kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter Pylori.
4.2  Saran
     Guna penyempurnaan makalah ini kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari Dosen Pembimb ing berserta teman-teman kelompok lain.


DAFTAR PUSTAKA
1.      Arjatmo, Tjokro Negoro, Ph. D, Sp, dkk, (2001), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi III, FKUI, Jakarta.
2.      Arif Mansjoer, (2001), Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Edisi III, Aesculapius, FKUI, Jakarta.
3.      Brunner & Suddarth, (1997), Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8.
4.      http:///dez’s-block.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar